A. Defenisi & Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam
pada bidang ilmu yang berkaitan.
Melalui
mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai.
Noman
Somantri memberikan penjelasan PIPS
adalah suatu synthetic discipline
yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu
sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Makna synthetic discipline, bahwa PIPS bukan
sekedar mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan
dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
National
Council for the Social Studies (NCCS) memberikan definisi yang lebih tegas,
seperti yang dikutip Catur (2004), bahwa IPS sebagai “the study of political, economic, culturals, and environment aspects of
societies in the past, present and future
Pendidikan
IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu; Sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai
ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan
dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.
Menurut
materinya, Ruang
Lingkup materi
IPS adalah :
a. Merupakan
perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
b. Terkait
dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia global.
c. Jenis
materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan
aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual.
Berdasarkan
konsep dan tujuan IPS dapat disimpulkan bahwa Ruang Lingkup mata pelajaran IPS
meliputi tema-tema 1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, 2) Waktu, Keberlanjutan,
dan Perubahan, 3) Sistem Sosial dan Budaya , dan 4)Perilaku Ekonomi dan
Kesejahteraan.
IPS merupakan kajian yang mengintegrasikan pada
ujud keterpaduan dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial (integrated social sciences) (lih. Zamroni, 2010: 7). Jadi sifat
keterpaduan ini menjadi ciri pokok mata kajian yang disebut IPS. Oleh karena
itu, S. Hamid Hasan (2010: 1) menegaskan bahwa IPS adalah studi integratif
tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu dengan segala
aktivitasnya. Sementara itu kalau
mengacu pada kajian Social Studies, National
Council for Social Studies (NCSS) dijelaskan bahwa:
"Social
studies are the integrated study of the social sciences and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary purpose of
social studies is to help young people develop the ability to make informed and
reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse,
democratic society in an interdependent world “ (1994: 3).
Hakikat
IPS di tingkat pendidikan dasar menunjukkan bahwa IPS sebenarnya merupakan pelajaran yang cukup
komprehensif yang dapat menjadi salah satu instrument untuk ikut memecahkan masalah-masalah sosio-kebangsaan
di Indonesia.
B.
Tujuan pendidikan IPS
Secara
umum Tujuan Pendidikan IPS adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara
yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal,
sosial, dan intelektual (Soedarno Wiryohandoyo, 1997).
PIPS
menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan
ketrampilan (skill): sosial, bekerja
dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual (Jarolimelc, 1986:5-8). Menurut Awan Mutakin (1998),
Tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan siswa
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan IPS adalah untuk
mengembangkan potensi siswa agar:
a. Memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui
dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
c. Mampu
menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk
menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d.
Menaruh
perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat
analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
e. Mampu
mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive
yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
Tujuan
pembelajaran IPS, secara umum dapat dirumuskan antara lain untuk mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi
peserta didik agar : (1) menjadi warga negara (dan juga warga
dunia) yang baik; (2) mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar kemasyarakatan
, (3) mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami,
menyikapi, dan mengambil langkah-langkah
untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4) membangun komitmen terhadap nilai-nilai
kemanusiaan dan menghargai serta ikut mengembangkan nilai-nilai luhur dan budaya Indonesia, dan (5) mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam kehidupan masyarakat yang
majemuk, baik lokal, regional maupun internasional.
C. Pendidikan
Nilai dalam Pembelajaran IPS
Frankel (1980: 1) nilai adalah standar tingkah laku, keindahan,
keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk
dijalankan dan dipertahankan.
Amborise
: nilai itu sifatnya relatif yang merupakan landasan bagi perubahan dan dapat
ditanamkan melalui berbagai sumber seperti keluarga, masyarakat, agama,media massa, tradisi, dan dalam
pergaulan.
Rokeach (2004:27) membuat
klasifikasi nilai menjadi dua yakni nilai instrumental dan nilai terminal.
Nilai instrumental sering juga disebut nilai antara, dan nilai terminal adalah
sebagai nilai akhir. Sebagai contoh
manusia yang memiliki nilai insrumental hidup bersih, dia memiliki nilai akhir secara konsisten yakni nilai keindahan dan
kesehatan.
Enam Nilai yang
terdapat dalam teori Spranger dalam Mulyana (2004: 32-35) yakni nilai teoritik,
nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama.
1. Nilai teoritik
melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu.
2. Nilai ekonomis,
terkait dengan perimbangan nilai yang berkadar untung dan rugi, yang berarti
mengutamakan kegunaan sesuatu bagi manusia.
3.
Nilai estetik,
disebut juga sebagai nilai keindahan yang sangat tergantung pada subjektif seseorang.
4. Nilai sosial, berakumulasi pada nilai tertinggi yakni kasih
sayang antar manusia.
5. Nilai politik,
kadar nilainya bergerak dari pengaruh yang rendah menuju tinggi, atau sering
disebut sebagai nilai kekuasaan.
6.
Nilai agama, merupakan nilai yang bersumber dari kebenaran
tertinggi yang datangnya dari Tuhan.
IPS merupakan
kajian yang menunjuk pada wujud
keterpaduan dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial (integrated social sciences) (lih. Zamroni, 2010: 7). Jadi sifat
keterpaduan ini menjadi ciri pokok mata kajian yang disebut IPS. Oleh karena
itu, S. Hamid Hasan (2010: 1) menegaskan bahwa IPS adalah studi integratif
tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu dengan segala
aktivitasnya. Sementara itu kalau
mengacu pada kajian Social Studies, National
Council for Social Studies (NCSS) dijelaskan bahwa:
"Social studies are the integrated study of the social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school program, social
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy,
political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate
content from the humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary
purpose of social studies is to help young people develop the ability to make
informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally
diverse, democratic society in an interdependent world “ (1994: 3).
D.
Hakikat Pembelajaran IPS
Hakikat IPS dalam
pengertian yang terpadu inilah yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar (SD
dan SMP). Dengan pengertian itu
menunjukkan bahwa IPS sebenarnya
merupakan pelajaran yang cukup komprehensif yang dapat menjadi salah satu
instrument untuk ikut memecahkan
masalah-masalah sosio-kebangsaan di Indonesia.
Kalau demikian apa tujuan
pembelajaran IPS itu? Tujuan pembelajaran IPS, secara umum dapat dirumuskan
antara lain untuk mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi peserta
didik agar : (1) menjadi warga negara (dan juga warga
dunia) yang baik; (2) mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar
kemasyarakatan, (3) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan penuh
kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi, dan
mengambil langkah-langkah untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4)
membangun komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai serta ikut
mengembangkan nilai-nilai luhur dan
budaya Indonesia, dan (5) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional
maupun internasional.
Pendidikan
IPS juga dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral atau pendidikan
budi pekerti. Pendidikan IPS memiliki arah dan tujuan yang sama dengan tujuan
pembelajaran IPS, yakni sama-sama bertujuan agar peserta didik dan warga
belajar pada umumnya menjadi warga negara yang baik. Bahkan secara tegas Gross
menyatakan bahwa Values Education as
social studies “to prepare students to be well-fungtioning citizens in
democratic society”
Pembelajaran
IPS diarahkan untuk menjadikan warga negara yang baik, melahirkan pelaku-pelaku
sosial yang cerdas, arif dan bermoral.
Dalam konteks pendidikan karakter, para peserta didik dengan potensi
yang dimilikinya, difasilitasi untuk mengembangkan perilaku jujur, bertanggung jawab, santun,
kasih sayang dan saling menghormati, berlatih berpikir kritis dan kreatif,
percaya diri dan membangun kemandirian; memiliki semangat kebangsaan, dan
bangga terhadap hasil karya budaya
bangsa sendiri. Thomas Lickona (2000: 48) menyebutkan beberapa nilai kebaikan
yang perlu dihayati dan dibiasakan dalam kehidupan peserta didik agar tercipta
kehidupan yang harmonis di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Beberapa nilai itu antara lain: kejujuran,
kasih sayang, pengendalian diri, saling menghargai, kerjasama, tanggung jawab.
Terkait dengan ini, maka dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah,
guru harus juga bekerja sama dengan keluarga atau orang tua/wali peserta didik.
Bahkan menurut Cletus R. Bulach (2002: 80), orang tua dan guru perlu membuat
kesepakatan tentang nilai-nilai utama apa yang perlu dibelajarkan misalnya: respect for self, others, and property;
honesty; self-control/discipline.
Uraian tersebut, menunjukkan begitu
eratnya antara makna pembelajaran dan pendidikan IPS dengan tujuangn
pengembangan pendidikan karakter. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa apabila pembelajaran IPS itu
dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan
pembelajaran IPS yang
sebenarnya, maka proses pembelajaran itu
secara tidak langsung merupakan proses pendidikan karakter. Pembelajaran IPS dapat berperan sebagai pendidikan nilai atau pendidikan
karakter, karena dalam pembelajaran IPS juga membelajarkan nilai-nilai
kemanusiaan dan nilai-nilai keindonesiaan.
Pembelajaran IPS juga dapat menjadi
kerangka untuk memantapkan rekayasa sosial dalam pendidikan karakter. Bagaimana
dalam proses pendidikan dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik
menjadi warga negara yang baik, dilatih untuk memahami aspek-aspek kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa atas dasar nilai dan moralitas, memiliki kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia. Semuanya ini jelas terkait dengan pendidikan karakter
bangsa.
Agar pembelajaran IPS itu dapat
berperan dan menjadi instrumen penting bagi pengembangan pendidikan karakter,
maka perlu dilakukan pembenahan-pembenahan mendasar oleh para pelaku pendidikan
dan institusi yang mengelola pendidikan IPS. Program pendidikan IPS harus
menempatkan UU Sisdiknas terutama pasal
3 tentang tujuan pendidikan nasional sebagai rujukan utama dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional secara utuh.
E.
Desain Kurikulum IPS
Dalam
mendeisain kurikulum pendidikan IPS, termasuk dalam proses
pembelajarannya, harus juga berangkat
dari hakikat dan karakter peserta didik, bukan berorientasi pada materi semata
(lih. Wayan Lasmawan, 2010: 2). Pendekatan esensialisme sudah saatnya untuk
dimodifikasi dengan teori rekonstruksi
sosial yang mengacu pada teori pendidikan interaksional (Nana Syaodih
Sukmadinata, 1996: 6). Sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan kehidupan
masyarakat, pembelajaran IPS harus dikembalikan sesuai dengan khitah
konseptualnya yang bersifat terpadu yang menekankan pada interdisipliner dan
trasdisipliner, dengan pembelajaran yang kontekstual dan transformatif, aktif
dan partisipatif dalam perpektif nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Sesuai
dengan maksud dan tujuannya,
pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan
pendidikan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya
secara bermartabat.
Proses pembelajaran
IPS, harus dibangun sebagai sebuah proses transaksi kultural yang harus
mengembangkan karakter sebagai bagian tak terpisahkan dari pengembangan IPTEKS
pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan IPS
saat ini yang lebih didominasi oleh praktik pendidikan di tingkat individual
yang cenderung kognitif-intelektualistik,
perlu diarahkan kembali sebagai
wahana pembelajaran masyarakat, wahana pengembangan pendidikan karakter bangsa,
sebagai proses pembangunan kecerdasan, akhlak dan kepribadian warga belajar
secara utuh sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Kurikulum IPS di Indonesia menurut Waterworth (1997) menunjukkan bahwa IPS itu terdiri dari
pengetahuan sosial, sejarah, geografi, dan ekonomi yang diajarkan berdasarkan
pola expanding community (Stopsky and
Lee, 1994). Dengan model seperti ini, sesungguhnya pendidikan IPS adalah
pengintegrasian, modifikasi, adaptasi
dari pengajaran ilmu-ilmu sosial (terutama sejarah, ekonomi, dan
geografi) yang disesuaikan dengan tingkat umur dan perkembangan siswa di
sekolah.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau
studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Kurikulum
IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas.
Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi
di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masayarakat yang
senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh
adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok.
Karena perubahan- perubahan dalam
kehidupan itulah maka kurikulum pendidikan IPS juga harus mengalami perubahan
dan perkembangan, terutama pada pendidikan Sekolah Dasar. Karena pada
pendidikan Sekolah Dasaralah semua murid mendapatkan dasar-dasar pelajaran IPS
yang kelak akan menjadi bekal dalam jenjang pendidikan berikutnya dan juga
bekal dalam bermasayarakat.
a.
Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan
dapat dilakukan berdasarkan topik yang
terkait, misalnya ‘Kegiatan ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk dalam
contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup
dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk
dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang
tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis, Kegiatan ekonomi penduduk dapat
mempengaruhi interaksi sosial di
masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan
ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep
tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan krteatifitas dan kemandirian
dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang
berkaitan dengan ekonomi.
b.
Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Melalui kajian potensi utama yang
terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami kondisi
daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa
disiplin yang tergabung dalam IPS. Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan
sosial masayarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial
yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
c. Model
Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya
adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “Tenaga Kerja
Indonesia”. Pada pembelajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia ditinjau dari
beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor
geografi, ekonomi, sosiologi, dan
historis
F.
Metode Pembelajaran IPS SD
Yang
dimaksud dengan
ilmu sosial itu sendiri adalah studi tentang tingkah laku kelompok umat
manusia. Studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia mengenai cara mereka
mengatur hidup, mengenai tata cara hubungan anggota dengan kelompok dan
kelembagaan yang mereka perlukan, mengenai berbagai aturan dan nilai dalam
kelompok, keterhubungannya dengan ruang, mengenai aktivitas manusia dimasa
lampau, kelembagaan dan proses pembinaan generasi muda oleh generasi di
atasnya, cara dan aturan main mengenai kekuasaan serta kelembagaan.
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia
6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget(1963) berada
dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit
operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap
tahun yang akan datang adalah waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan
adalah sekarang(kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka
pahami(abstrak). Padahal bahan materi pembelajaran IPS penuh dengan pesan-pesan
bersifat abstrak. Konsep- konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan(continuity),
arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai,
peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep- konsep abstrak dalam
program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Pendidikan IPS SD disajikan dalam
bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena
yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan
penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau
diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para
peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk
melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik. Agar diterima, hasil temuan dan
prosedur inkuiri harus diakui secara publik (Welton and Mallan, 1988 : 66-67).
Sesuai dengan karasteristik anak dan IPS SD, maka
metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan
derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap
memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya
dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative
learning model.
G. Tema- tema Pembelajaran IPS SD
Secara
gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat
perhatian kita bersama,antara lain :
1.
IPS SD sebagai pendidikan nilai (value
education), yakni :
· Mendidik
nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat.
· Memberikan
klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa.
· Nilai-
nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan,
kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia sebagai upaya membangun kelas yang
demokratis.
2.
IPS SD sebagai pendidikan multikultural, yakni :
· Mendidik
siswa bahwa perbedaan itu wajar.
· Menghormati
perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa.
· Persamaan
dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.
3.
IPS SD sebagai pendidikan global, yakni :
· Mendidik siswa akan kebhinekaan
bangsa, budaya, dan peradaban di dunia.
·
Menanamkan kesadaran ketergantungan
antar bangsa.
· Menanamkan kesadaran semakin
terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia.
· Mengurangi kemiskinan, kebodohan
dan perusakan lingkungan.
H. STRATEGI PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN IPS
a. Perencanaan Pembelajaran IPS
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada
kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat,
bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran
terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini.
- Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
- Penentuan Topik/tema
- Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema
- Pengembangan Silabus
- Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah tersebut
secara rinci dijelaskan sebagai berikut ini :
1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Langkah
pertama dalam pengembangan model pembelajaran IPS adalah melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar bidang kajian IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan
pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan
yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain dengan:
1) mengidentifikasi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan
dalam satu tingkat kelas yang sama; dan
2)
menentukan tema/topik pengikat
antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2 2. Penentuan Topik/Tema dan
Materi Pokok
Setelah
pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan
topik/tema dan materi pokok. Topik/tema
dan materi pokok harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah
dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan
kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS
antara lain meliputi hal-hal berikut.
a. Topik, dalam pembelajaran IPS,
merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata
pelajaran IPS.
b. Topik yang ditentukan selain
relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan
kelas atau semester, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta
didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar
pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi peserta didik; misalnya,
untuk kelas VII disajikan contoh topik/tema yaitu: Kegiatan ekonomi penduduk.
c. Dalam menentukan topik, isu
sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih
dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar yang telah
dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri,
Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit
Folio, Penyakit Busung Lapar, Gempa Bumi di Yogyakarta, Masalah semburan lumpur
di Sidoarjo.
d. Materi pokok yang ditentukan
merupakan materi yang mencerminkan keterpaduan antar Kompetensi Dasar.
3. Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam
Indikator
Setelah
melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar, Penentuan Topik/Tema dan materi
pokok sebagai pengikat keterpaduan dan langkah selanjutnya adalah mengembangkan
indikator. Indikator dikembangkan berdasarkan Kompetensi-kompetensi Dasar
dengan memperhatikan materi pokok yang nantinya digunakan untuk penyusunan
silabus. Contoh
perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator pencapaian dengan tema
“Kegiatan Ekonomi Penduduk
Perumusan indikatornya:
·
Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian,
nonpertanian).
·
Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan.
· Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di berbagai bentang
lahan dan mengungkapkan alasan penduduk memilih bermukim di lokasi tersebut.
·
Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa.
·
Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa.
·
Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa.
4. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses
yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar
dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen penyusunan silabus
terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar, alokasi waktu, dan
penilaian.
5 5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Skenario
Pembelajaran
Setelah tersusun
silabus, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman
belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu.
Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang
hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat
media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang
digunakan.
6. Pelaksanaan
Pembelajaran
1.
Kegiatan Pendahuluan (Awal)
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan
kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali
pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan
pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk
kegiatan tersebut relatif singkat, berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu
yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal
pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu
peserta didik sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran
ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang
kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception),
dan penilaian awal (pre-test).
Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau
memeriksa kehadiran peserta didik (presence,
attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar
yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan
membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara:
mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya
dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan
mengulas materi pelajaran yang akan dibahas.
2.
Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar
peserta didik (learning experiences).
Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan nontatap
muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara
guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam
berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi
guru-peserta didik.
3. Kegiatan Akhir (Penutup) dan Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan
sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan
penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut.
Kegiatan
tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar
peserta
didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh
karena itu
guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara
umum
kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya
menyimpulkan pelajaran dan kegiatan refleksi; melaksanakan penilaian
akhir (post test); melaksanakan tindak
lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus
dikerjakan di rumah,
Penilaian dalam pembelajaran IPS terpadu dalam satu topik/tema
mencakup beberapa Kompetensi Dasar. Namun ada Kompetensi Dasar atau indikator
yang tidak bisa dipadukan, sehingga harus dibelajarkan dan dinilai secara
terpisah. Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen
yang digunakan terdapat pada lampiran.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian
merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut.
Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis
dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis tagihan
nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: (1) observasi,
(2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan (6) portofolio.
b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen
merupakan alat yang digunakan dalam melakukan
penilaian/pengukuran/evaluasi
terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen
yang
dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah Tes:
isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, dan uraian.
·
Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, rubrik,
dan unjuk kerja.
c. Instrumen
Instrumen merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan
tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN IPS
KONSEP PERENCANAAN
1. Perencanaan melibatkan proses penentuan tujuan tentang
keadaan masa depan yang diinginkan
2. Pemilihan dan penentuan cara yang akan ditempuh (dari
semua alternatif yang mungkin) dan
3. Usaha mencapai tujuan tersebut
Cunningham
mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan,
fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualiasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan
digunakan dalam penyelesaian. Dari pengertian ini menekankan pada usaha
menyeleksi dan menggabungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang
serta usaha untuk mencapainya.
Steller,
perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be)
yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program dan
alokasi sumber. Pada teori ini perencanaan menekankan pada usaha mengisi
kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan
dengan apa yang dicita-citakan. Pada definisi yang lain Robbins menyatakan
bahwa perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan
perubahan. Dalam definisi ini memiliki asumsi bahwa perubahan selalu terjadi.
KONSEP PEMBELAJARAN IPS
Suatu Proses
Kegiatan yang dilakukan guru bagaimana merekayasa anak didik agar melakukan
kegiatan belajar, hasilnya tergantung pada anak didik itu sendiri
(mengkondisikan)
Beberapa
pakar memberikan definisi tentang belajar. Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Pembelajaran merupakan istilah yang baru dalam dunia
pendidikan. Konsep pembelajaran merupakan konversi dari istilah proses belajar
mengajar selama ini digunakan. Jadi konsep pembelajaran sendiri mengandung
unsur belajar dan mengajar.
Menurut
Witting belajar adalah perubahan yang relatif menetap, terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Hakikat
belajar menurut Hilgard dan Brower
dalam Oemar Hamalik adalah perubahan
dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Adapun menurut
Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:
- Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.
- Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
- Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
Pembelajaran
adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada
orang lain yang belum mengetahui. Pengetahuan yang dipindahkan tersebut berasal
dari dua sumber, yakni: sumber Ilahi dan sumber manusiawi. Pemindahannya
dilakukan melalui proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi antara pengajar
sebagai katalisator dengan pelajar sebagai katalis. Pelajar secara kontinue
menyempurnakan diri sehingga mampu menjadi katalis yang semakin meningkat
kemampuannya.
Sejalan
dengan pengertian pembelajaran sebagai suatu proses, Abdul Rachman Shaleh
mengartikan bahwa: “Proses pembelajaran adalah interaksi yang bernilai positif
antara siswa dan pendidik yang bertujuan adanya perubahan ke arah peningkatan
kemampuan siswa. Terlaksananya proses pembelajaran yang baik adalah tercapainya
efektivitas pembelajaran, dimana siswa merupakan pusat dari kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan
pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada hakekatnya
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang disebabkan adanya perbuatan
yang merupakan hasil dari pengalaman yang dirasakan seseorang.
Pembelajaran menurut
Dengeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara inplisit dalam
pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan, serta didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada, kegiatan ini merupakan inti dari perencanaan
pembelajaran. Menurut Uno bahwa pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Pembelajaran yang
akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya, agar rencana
pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran,
perlunya perencanan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran. Dalam perbaikan pembelajaran diasumsikan bahwa:
Perbaikan kualitas
pembelajaran; ini haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan
kualitas pembelajaran. Hal ini dmungkinkan karena dalam desain pembelajaran,
tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah terancang dengan
baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan
pelaksanan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran
dirancang dengan pendekatan sistem; desain pembelajaran yang dilakukan haruslah
didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini disadari bahwa dengan pendekatan
sistim akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua
variable yang mempengaruhi belajar.
Desain pembelajaran
melibatkan variable pembelajaran; Desain pembelajaran haruslah mencakup semua
variable pembelajaran. Ada tiga variable yang harus dipertimbangkan dalam
merancang pembelajaran yakni (1) Variable kondisi yang mencakup semua variable
yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencanaan pembelajaran. yang termasuk
variable ini adalah tujuan pembelajaran, karasteristik bidang studi dan
karasteristik siswa. (2) Variable metode pembelajaran yang mencakup semua cara
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu.
Yang termasuk variable ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran,
strategi penyampaian pembelajaran, dan stratgi pengelolaan pembelajaran. (3)
Variable hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari pengunaan
metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi
pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
Desain pembelajaran
penetapan metode untuk mencapai tujuan; Menetapkan metode pembelajaran yang
optimal adalah inti dari desain pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Fokus utamanya adalah pada pemilihan, penetapan dan
pengembangan variable metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus
didasarkan pada analisis kondisi dari hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsif
yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode pembelajaran antara lain;
(1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam
semua kondisi, (2) Metode pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang
berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran
bisa memiliki pengaruh yang konsiten pada hasil pengajaran.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut
pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai
proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan
teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan
pelaksanaannya.
PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
1. Karena suatu perencanaan meliputi usaha untuk
menetapkan tujuan atau menformalisasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai,
maka perencanaan dapat membedakanarah dalam usaha-usaha pembelajaran agar
proses KBM berjalan dgn baik
2. Memudahkan pelaksanaan proses KBM untuk
mengidentifikasikan hambatan-hambatan apa yang mungkin timbul dalam usaha
mencapai tujuan tersebut.
3. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tak
terkontrol
Komponen utama dari desain pembelajaran IPS adalah:
- Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
- Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
- Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
- Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
- Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
- Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
Pengertian
dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran IPS
Proses pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi
yang telah dicangkan untuk suatu tujuan tertentu, setidaknya adalah tercapainya
tujuan instruksional atau tujaun pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan
pelajaran. Proses pemebentukan setiap rencana latihan maupun pembelajaran yang
baik mulai dengan penentuan tujuan pelajaran yang tepat. Hal ini berlansung
dengan mengidentifikasi setiap mata pelajaran pokok atau topik yang harus
dicakup untuk mencapai tujuanini. Kemudian pokok-pokok ini harus disesuaikan
yang antara yang satu dengan yang lain untuk membentuk pelajaran itu.
Perencanaan pengajaran merupakan suatu program yang dipersiapkan untuk mengajar
peserta didik dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Perencanaan pembelajaran (Intructional
Design) dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang yaitu: (1) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajran.
Dalam perencanaan ini akan menganalsis kebutuhan dari proses belajar dengan
alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya
melakkukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas pengjaran; (2)
perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan senangtiasa
memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi
pengajaran dan implementasinya dalam pembelajran; (3) perencanaan pengajaran
sebagai sins (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari
pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan terhadap situasi maupun
fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit
dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya; (4) perencanaan
pengajaran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan dengan
memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang
kerjakan perencana mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai
dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik; (5) perencanaan
pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan
prosedur-prosedur untuk menggerakkan penmbelajaran. Pengembangan sistem
pembelajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan denan
mengacu pada sistem perencanaan; dan (6) perencanaan penajaran sebagai
teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang
dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap
solusi dari problem pengajaran.
Mengacu pada
berbagai sudut pandang tersebut, perencanaan pembelajaran harus
sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum.
Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, displin ilmu
pengetahuan, realitas, sistem, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar
pelaksanaan pengjaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.
Perencanaan pembelajaran IPS juga perlu memperhatikan keadaan sekolah tempat
pembelajaran ini berlangsung. Terutama ketersediaan sarana dan prasarana,
kelengkapan dan alat bantu pelajaran menjadi pendukung terlaksananya berbagai
aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan
pembelajarnmenggunakan bak pasir jika di sekolah tersebut tidak tersedia bak
pasir yang diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan mungkin meminta peserta
didik untuk mengamati tanaman jika di sekolah tersebut tidak ada kebun sekolah.
Dalam
menyusun perencanaan pembelajaran komponen peserta didik perlu mendapat
perhatian yang memadai. Agar bahan dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi
peserta didik, maka penyusunan skenario program pembelajaran dan keluasan
maupun kedalaman bahan ajar perlu disesuaikan kelas yang pandai atau cepat
belajar, sedangk dan kelompok kurang atau lambat belajar. Guru dalam menyusun
rencana pelajaran harus mendasarkan pada kriteria peserta didik yang akan
menerima pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan peserta didik, guru perlu
menggunakan metode atau bentuk keiatan mengajar yang bervariasi pula.
Data atau
informasi tentang peserta didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan dan
perencanaan penyempurnaan pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya disusun
dengan berpedoman kepada keadaan, kemampuan, minat dan kebutuahan peserta
didik. Hal ini secara nyata dapat diketahui melalui proses dan hasil
pengumpulan data. Sebelum menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan pelajaran
guru hendaknya mempelajari drulu record peserta didik. Melalui
pemanfaatn record tersebut, guru akan emperoleh gambaran umum tentang
kondisi dari masalah peserta didik, dengan mengetaui kondisi tersebut guru
dapat mengadakan berbagai usahan penyesuaian pelajarn dengan perbedaan
individu. Tiap peserta didik mempunyai kemampuan, kondisi decepatan belajar,
dana lain-lain yang berbeda.
Dalam proses
pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Jika seorang guru suatu
saat memiliki kekuarangan dalam hal-hal tertentu, maka guru yang bersangkutan
dituntut untuk belajar meningkatkan kompetensinya baik melalui jalur pendidikan
dan latihan maupun belajar mandiri dengan melakkukan diskusi dengan teman
sejawat secara intensif. Dalam program semester guru menyususn rencan
penyampaian bahan ajar, dab bagab ahr tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh
guru baik pangajarn di kelas maupun suatu percobaan yang akan dilaksanakan di
laboratorium atau temapt lain yang ditunjuk sebagai tempat belajra peserta didik.
PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
1. Karena suatu perencanaan meliputi usaha untuk
menetapkan tujuan atau menformalisasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai,
maka perencanaan dapat membedakanarah dalam usaha-usaha pembelajaran agar
proses KBM berjalan dgn baik
2. Memudahkan pelaksanaan proses KBM untuk
mengidentifikasikan hambatan-hambatan apa yang mungkin timbul dalam usaha
mencapai tujuan tersebut.
3. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tak
terkontrol
Komponen utama dari desain pembelajaran IPS adalah:
- Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
- Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
- Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
- Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
- Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
- Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
Pengertian
dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran IPS
Proses pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi
yang telah dicangkan untuk suatu tujuan tertentu, setidaknya adalah tercapainya
tujuan instruksional atau tujaun pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan
pelajaran. Proses pemebentukan setiap rencana latihan maupun pembelajaran yang
baik mulai dengan penentuan tujuan pelajaran yang tepat. Hal ini berlansung
dengan mengidentifikasi setiap mata pelajaran pokok atau topik yang harus
dicakup untuk mencapai tujuanini. Kemudian pokok-pokok ini harus disesuaikan
yang antara yang satu dengan yang lain untuk membentuk pelajaran itu.
Perencanaan pengajaran merupakan suatu program yang dipersiapkan untuk mengajar
peserta didik dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Perencanaan pembelajaran (Intructional
Design) dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang yaitu: (1) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajran.
Dalam perencanaan ini akan menganalsis kebutuhan dari proses belajar dengan
alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya
melakkukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas pengjaran; (2)
perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan senangtiasa
memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi
pengajaran dan implementasinya dalam pembelajran; (3) perencanaan pengajaran
sebagai sins (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari
pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan terhadap situasi maupun
fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit
dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya; (4) perencanaan
pengajaran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan dengan
memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang
kerjakan perencana mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai
dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik; (5) perencanaan
pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan
prosedur-prosedur untuk menggerakkan penmbelajaran. Pengembangan sistem
pembelajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan denan
mengacu pada sistem perencanaan; dan (6) perencanaan penajaran sebagai
teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang
dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap
solusi dari problem pengajaran.
Mengacu pada
berbagai sudut pandang tersebut, perencanaan pembelajaran harus
sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum.
Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, displin ilmu
pengetahuan, realitas, sistem, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar
pelaksanaan pengjaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.
Perencanaan pembelajaran IPS juga perlu memperhatikan keadaan sekolah tempat
pembelajaran ini berlangsung. Terutama ketersediaan sarana dan prasarana,
kelengkapan dan alat bantu pelajaran menjadi pendukung terlaksananya berbagai
aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan
pembelajarnmenggunakan bak pasir jika di sekolah tersebut tidak tersedia bak
pasir yang diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan mungkin meminta peserta
didik untuk mengamati tanaman jika di sekolah tersebut tidak ada kebun sekolah.
Dalam
menyusun perencanaan pembelajaran komponen peserta didik perlu mendapat
perhatian yang memadai. Agar bahan dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi
peserta didik, maka penyusunan skenario program pembelajaran dan keluasan
maupun kedalaman bahan ajar perlu disesuaikan kelas yang pandai atau cepat
belajar, sedangk dan kelompok kurang atau lambat belajar. Guru dalam menyusun
rencana pelajaran harus mendasarkan pada kriteria peserta didik yang akan
menerima pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan peserta didik, guru perlu
menggunakan metode atau bentuk keiatan mengajar yang bervariasi pula.
Data atau
informasi tentang peserta didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan dan
perencanaan penyempurnaan pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya disusun
dengan berpedoman kepada keadaan, kemampuan, minat dan kebutuahan peserta
didik. Hal ini secara nyata dapat diketahui melalui proses dan hasil
pengumpulan data. Sebelum menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan pelajaran
guru hendaknya mempelajari drulu record peserta didik. Melalui
pemanfaatn record tersebut, guru akan emperoleh gambaran umum tentang
kondisi dari masalah peserta didik, dengan mengetaui kondisi tersebut guru
dapat mengadakan berbagai usahan penyesuaian pelajarn dengan perbedaan
individu. Tiap peserta didik mempunyai kemampuan, kondisi decepatan belajar,
dana lain-lain yang berbeda.
Dalam proses
pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Jika seorang guru suatu
saat memiliki kekuarangan dalam hal-hal tertentu, maka guru yang bersangkutan
dituntut untuk belajar meningkatkan kompetensinya baik melalui jalur pendidikan
dan latihan maupun belajar mandiri dengan melakkukan diskusi dengan teman
sejawat secara intensif. Dalam program semester guru menyususn rencan
penyampaian bahan ajar, dab bagab ahr tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh
guru baik pangajarn di kelas maupun suatu percobaan yang akan dilaksanakan di
laboratorium atau temapt lain yang ditunjuk sebagai tempat belajra peserta didik.
Manfaat perencanaan pembelajaran IPS
Ada beberapa
manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya adalah:
- Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dicapai.
- Oleh karena itu akan terhindar dari keberhasilan yang sifatnya untung-untungan sebab segala kemungkinan kegagalan sudah dapat diantisipasi oleh guru. Dalam perencanaan, guru harus paham tujuan apa yang akan dicapai, strategi apa yang tepat dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari mana sumber belajar yang dapat digunakan.
- Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
- Dengan perencanaan yang matang, maka segala kemungkinan dan masalah yang akan timbul dapat diantisipasi sehingga dapat diprediksi pula jalan penyelesaiannya.
- Dengan perencanaan yang tepat, maka guru dapat menentukan sumber-sumber belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran sebab saat ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan baik melalui media cetak maupun elektronik.
- Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis.
- Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Fungsi perencanaan pembelajaran IPS
Perencanaan
pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
a. Fungsi
kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang
matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai
kelemahan yang ada sehingga akan dapat
meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi
Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan
karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang
dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
c. Fungsi
selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi
strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan.
Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang
dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Fungsi
Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan
kepada setiap orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan
pihak eksternal seperti orang tua dan
masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap
orang baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang
dilakukan.
e. Fungsi
prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat,
dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan
sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya,
perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan
menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f. Fungsi
akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat
mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran
tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.
g. Fungsi
pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi
juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek
intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui
perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara
seimbang.
h. Fungsi
kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran.
Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah
dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan
kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
Karakteristik Perencanaan Pembelajaran IPS
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan
cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan
karakteristik perencanaan pengajaran adalah :
- Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
- Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
- Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
- Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.
Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran IPS
Perencanaan pembelajaran IPS adalah proses pengambilan keputusan hasil
berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu,
serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian
tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran berorientasi pada kurukulum dan mengarah pada
proses penerjemahan kurikulum yang berlaku.
Pengembangan perencanaan pembelajaran IPS disusun berdasarkan pendekatan sistem,
oleh sebab itu didalam perencanaan pembelajaran harus memiliki
komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan
pembelajaran tercapai dengan optimal. Komponen system pembelajaran digambarkan
oleh Brown (1983) sebagai berikut:
a.
Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya
diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian, maka proses pengembangan proses perencanaan pembelajaran,
siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan.
b.
Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam
pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subyek belajar. Tujuan-tujuan
khusus yang direncanakan oleh guru meliputi
1. Pengetahuan, informasi, serta pemahaman
sebagai bidang kognitif
2. Sikap dan apresiasi sebagai bidang
afektif.
3. Berbagai kemampuan sebagai bidang
psikomotorik
4. Kondisi
c.
Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar
yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah
dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik
secara fisik maupun non fisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah
menyediakan kesempatan bagi siswa uantuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya
sendiri. Olehn karena itu, tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah
siswa secara individual.
d.
Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala
sesuatu yang memungkinkan siswa agar dapat memperoleh pengalaman belajar.
Didalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat
yang digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan
siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk
keberhasilan dalam pengalaman belajar. Dalam proses merencanakan pembelajaran,
perencanaan harus dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa
dalam memanfaatkan sumber belajar secara optimal.
e.
Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian
dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.
Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang
instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai
tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan
memperbaiki program pembelajaran.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan
Pembelajaran IPS
1. Faktor guru
Guru merupakan komponen yang menentukan,
hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan
siswa. Disini guru bisa berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran
untuk mengimplikasikan sebagai implementator dan atau mungkin
keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar
kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada
sehingga semuanya di jadikan komponenen-komponen dalam rencana dan desain
pembelajaran. Menurut dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat
mempengaruhi kualitas guru yaitu :
· Teacher formatif experience mengikuti jenis kelamin serta semua
pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka, yang termasuk
kedalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar
belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dimana guru itu berasal.
· Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar pendidikan guru, misalnya pengalaman
latihan professional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan,dsb.
·
Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan sifat yang dimiliki guru terhadap siswa, sikap guru terhadap profesinya,
kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik dalam
pengelolaan pembelajaran,termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan
evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
2.
Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu,
disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Menurut Dunkin
(1974) faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat
dari aspek siswa meliputi:
- Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat social ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya.
- Dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
- Aspek sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran juga merupakan faktor yang memengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
3.
Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap kelancarana proses pembelajaran misalnya
media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,dsb. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan
sekolah, kamar kecil,dsb.
4.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
- Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas, organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:
- Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun.
- Perbedaan individidu antar anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
- Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang
dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis.
Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara
orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa
denga siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru bahkan antara
guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar misalnya hubungan
sekolah dengan orang tua siswa, sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dsb.
PROSES PERENCANAAN IPS
- Tahap Pra-rencana (analisis keadaan/masalah)
- Diagnosis tentang keadaan sistem (masalah dan kebutuhan)
- Formulasi tujuan
- Perkiraan sumber daya dan dana
- Perkiraan target
- Identifikasi kendala
- Formulasi rencana
- Eksplorasi , Elaborasi, Konfirmasi rencana
- Implementasi rencana
- Evaluasi, revisi dan perencanaan ulang
ARAH PERENCANAAN IPS
Perencanaan IPS
diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk memikirkan alternatif-alternatif yang
mungkin dapat dicapai pada masa depan, menguji alternatif –alternatif tersebut
dan memilih alternatif yang dikehendaki, agar dapat ditentukan pula bagaimana
cara mencapainya.
Ilmu yang
mempelajari tentang masa depan disebut dengan “ILMU MASA DEPAN” (Futurology). “SKENARIO MASA DEPAN SEBAGAI ARAH
PERENCANAAN”
Masa depan
dapat diramalkan dengan tiga macam cara:
- Dengan dasar pertumbuhan tetap, yaitu dengan menggunakan proyeksi sederhana dari masa lampau dan masa datang tanpa mempertimbangkan akibat perubahan-perubahan yang sengaja dilaksanakan oleh generasi sekarang maupun yang akan datang
- Dengan dasar usaha perubahan yang dilaksanakan oleh genarasi sekarang dan yang akan datang sebagai usaha mereka menjawab tantangan-tantangan.
- Atas dasar kejadian-kejadian yang mungkin tumbuh misalnya bencana alam, epidemis, keadaan/gerakan politik dsb. Disini dipergunakan teori probabilitas, yang memungkinkan kita meramalkan dengan tingkat ketelitian tertentu probabilitas yang terjadinya lagi peristiwa-peristiwa yang telah lampau.
Definisi
Pakar : Perencanaan Pembelajaran IPS
Memahami
definisi Perencanaan Pembelajaran IPS
dapat dikaji dari kata-kata yang membangunnya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan
(merancangkan), sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Begitu juga
dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary tertulis bahwa perencanaan adalah the act or process of making plans for something (kegiatan
atau proses merencanakan sesuatu), dan pembelajaran adalah the act of
teaching something to somebody (kegiatan mengajarkan sesuatu kepada
seseorang).
erikut
definisi tentang perencanaan pembelajaran:
- Branch (2002) Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable.
- Ritchy Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
- Smith & Ragan (1993) Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran. (1999) Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi.
- Zook (2000) Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar)
Perencanaan
pembelajaran adalah merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dalam
hubungannya dengan proses belajar mengajar atau pembelajaran untuk
mengembangkan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pendidikan
guna pencapaian tujuan pembelajaran
Perencanan
Pengajaran IPS adalah kegiatan pertama sebelum dimulainya proses belajar mengajar yang
meliputi rumusan tentang apa yang akan diajarkan pada siswa, bagaimana
mengajarkannya, dan seberapa besar siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika
mereka sudah menyelesaikan proses pembelajaran.
Perencanaan IPS dibuat agar kegiatan belajar
mengajar dapat dioptimalkan, Oleh karena itu pengajar di lembaga pendidikan
atau pelatihan harus menyadari hal ini demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Bagi guru pemula bermanfaat untuk melatih diri
dalam rangka mempersiapkan rencana pembelajaran yang maksimal sesuai dengan
kurikulum.
Dengan mempelajari Perencanaan Pengajaran berarti
setiap guru mampu mendesain program pengajaran yang kreatif baik untuk
pendidikan formal maupun non formal.
Sudut Pandang perencanaan pembelajaran IPS
Konsep
perencanaan pembelajaran IPS dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
- Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
- Perencanaan pengajaran sebagai suatu system
- Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin.
- Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
- Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
- Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas
Dimensi - dimensi Perencanaan Perencaan Pembelajaran
Berbicara
tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni nerkaitan dengancakupan dan sifat-sifat
dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran.
Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi Perencanaan Pembelajaran itu menurut
Harjanto (1997 : 5) memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang
menalar dan efisien, yakni:
- Signifikansi
- Feasibilitas.
- Relevansi.
- Kepastian.
- Ketelitian.
- Adaptabilitas.
- Waktu.
- Monitoring
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Sebelum
berbicara lebih jauh tentang Prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, alangkah
baiknya perlu kita ketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip belajar dan mengajar
dalam rangka untuk pengembangan pembelajaran, antara lain :
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses Belajar mengajar sanagt dipengaruhi oleh
kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan kegiatan belajar.
Artinya kondisi fisik/psikis (jasmani/mental) individu
yang memungkinkan subyek dapat melakukan belajar.
2. Prinsip Motivasi (motivation)
Tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku ke arah suatu tutjuan tertentu (morgan,1986)
Peserta
didik memiliki motivasi :
1)
Akan bersungguh-sungguh
2)
Berusaha keras dan meluangkan waktu cukup
3)
Terus bekerja sampai tugas-tugas selesai
Sumber
motivasi :
1)
Motivasi instrinsik
2)
Motivsi ekstrensik
3. Prinsip perhatian
Merupakan strategi kognitif yang mencakup 4
Ketrampilan :
1) Berorientasi pada
suatu masalah
2) Meninjau sepintas isi
masalah
3) Memusatkan diri pada
aspek-aspek yang relevan
4) Mengabaikan semuah
yang tidak relevan
4. Prinsip persepsi
Adalah suatu proses yang bersifat komplek yang
menyebabkan orang dapat menerima /meringkas informasi yang di peroleh
lingkungannya.
5. Prinsip retensi
Adalah apa yang tertinggal dan dapat di ingat kembali
setelah seseorang mempelajari sesuatu. Prinsip-prinsip retensi :
1) Isi pembelajaran yang
bermakna akan lebih mudah di ingat di bandingkan dengan isi pembelajaran yang
tidak bermakna.
2) Benda yang jelas dan
kongkrit akan lebih mudah di ingat.
3) Isi pembelajaran yang
bersifat kontekstual atau serangkaian kata-kata yang mempunyai kekuatan
asosiatif.
4) Tidak ada perbedaan
antara retensi dengan apa yang telah di pelajari peserta didik yang mempunyai
berbagai tingkatan IQ
Cara-cara
meningkatkan retensi belajar
1. Usahakan isi pembelajaran di
susun dengan baik dan bermakna
2. Pembelajaran dapat di bantu
denganjembatan keledai ( mac monic)
3. Berikan resitasi .
4. Susun dan sajikan konsep
yang jelas
5. Berikan latihan pengulangan
terutama untuk pembelajaran ketrampilan motorik
6. Prinsip transfer
Suatu proses di mana sesuatu yang pernah di pelajari
dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesutu yang baru.
Lebih jelasnya adalah pengaitan pengetahuan yang sidah
di pelajari dengan pengatahuan yang baru di pelajari.
Bentuk-bentuk transfer
1. Transfer positif
2. Transfer negatif
3. Transfer nol
Pembelajaran
dulunya pengajaran = upaya untuk mempelajarkan siswa(degeng. 1989)
Konsep
pembelajaran mengandung implikasi
I. Perlu di upayakan agar menjadi proses belajar mengajar
yang interaktif antara peserta didik dan sumber belajar yang di rencanakan
II. Di tinjau dari sudut peserta didik mengandung makna
bahwa terjadi proses internal interaksi antara seluruh potensi individu dengan
sumber-sumber belajar yang dapat berupa pesan-pesan ajaran.
III. Di tinjau dari pemberi rangsangan mengandung makna
pemilikan penetapan dan pengembangan metode pembelajran yang memberikan
kemunglki baiknan masing-masing
Adapun Kriteria dalam penyusunan
perencanaan pembelajaran harus memegang prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu
:
1. Signifikansi, artinya kebermaknaan, bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna
agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
2. Relevan, artinya
sesuai, bahwa perencanaan pembelajaran yang kita susun memiliki kesesuaian baik
internal maupun eksternal.
3. Kepastian, artinya
sesuatu yang dijadikan pedoman dalam perencanaan pembelajaran bersifat pasti,
tidak lagi memuat lalternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi
langkah-langkah pasti sehingga dapat meminimalisir persoalan yang timbul secara
tak terduga.
4. Adaptabilitas, artinya bersifat lentur atau tidak kaku, bahwa perencanaan pembelajaran
disusun untuk diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi.
5. Kesederhanaan,artinya perencanaan pembelajaran mudah diterjemahkan dan mudah
diimplementasikan.
6. Prediktif, artinya perencanaan pembelajaran memiliki daya ramal yang sangat kuat.
Prosedur
perencanaan pembelajaran IPS
Dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah
sebagai berikut :
- Merumuskan tujuan Pembelajaran, adapun rumusan tujuan pembelajaran, harus meliputi pengembangan aspek domain kognitif, afektif, dan domain psikomotorik.
- Pengalaman belajar
- Kegiatan belajar mengajar
- Orang-orang yang terlibat
- Bahan dan alat
- Fasilitas fisik
- Perencanaan Evaluasi dan pengembangan
Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran IPS
Lebih jelas
di paparkan oleh Slameto (1991:47) bahwa prosedur pengembangan rancangan
pembelajaran meliputi :
a. Kaji dan pahami
baik-baik tujuan kurikulum.
b. Kenali dan pahami karakteristik siswa yang mengikuti
pelajaran, meliputi :
1. kemampuan awal siswa
2. karakteristik yang berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan
3. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang
c. Renungkan kembali dan buat analisa.
d. Rumuskan Tujuan Instruksional Umum dan
Khususnya.
e. Susun Alat Evaluasi.
f. Memanfaatkan Buku Sumber
g. Pemilihan Materi berdasarkan karakteristik tertentu.
h. Rancang Strategi Belajar mengajar
Isi / Muatan Perencanaan Pembelajaran
IPS
Isi
perencaan merujuk pada hal - hal yang akan direncanakan.
Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat :
1. Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara mengorganisasiaktivitas belajar
dan layanan - layanan pendukungnya
2. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar
dan layanan ± layanan pendukungnya.
3. Tenaga manusia, yakni mencakup cara mengembangkan
prestasi,spesialisasi, perilaku, kompetensimaupun kepuasan mereka.
4. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaane.
5. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola
distribusidan kaitannya dengan pengembangan psikologis.
6. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi
danmanajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikanyang
direncanakan.
7. Konteks social atau elemen-elemen lainnya yang perlu
dipertimbangkandalam perencanaan pengajaran
Hidayat
(1990 : 11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkandalam perencanaan
pembelajaran antara lain :
- Memahami kurikulum
- Menguasai bahan ajar
- Menyusun program pengajaran
- Melaksanakan program pengajaran
- Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Manfaat
Perencanaan Pembelajaran IPS
Perencanaan
pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan
tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan
pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran
berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses
belajar mengajar yaitu :
1. Sebagai petunjuk arah
kegiatan dalam mencapai tujuan
2. Sebagai pola dasar dalam
mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yangterlibat dalam kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi
setiap unsur, baik untuk guru maupun unsur murid
4. Sebagai alat ukur efektif
tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahuiketepatan dan
kelambatan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data
agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu,
tenaga, alat ± alat dan biaya
Apa Alasan
Guru Membuat Perencanaan Pengajaran IPS?
Perencanaan
pengajaran yang adalah membuat suatu perencanaan pembelajaran dengan
memperhatikan beberapa aspek, di antaranya: Psikologi perkembangan peserta
didik, landasan pendidikan, pengembangan kurikulum, strategi belajar mengajar,
media pendidikan, evaluasi pendidikan dan sebagainya, tentiunya tidak lepas
dari penguasaaan bidang studi sebagai bahan ajar sesuai dengan keahliannya. Hal
ini berarti bahwa perencanaan pengajaran tidak dapat dilakukan tanpa dasar dan
tidak mudah. Orang yang profesionalah yang dapat melakukannya. Dengan demikian
seorang yang Bentuk hasil perencanaan pengajaran berupa kosep, yang dalam
implementasinya dapat melibatkan guru dengan atau tanpa media, atau dengan
media tanpa keterlibatan yang berarti dari guru, (misalnya pengerjaan berprogram
modul, computer assisted instruction (CAI) dan sebagainya).
Faktor-Faktor Apa Saja yang Harus Dipertimbangkan
Dalam Membuat Perencanaan Pengajaran IPS
Perencanaan
pengajaran hasilnya dapat bervariasi dilihat dari berbagai aspek atau berbagai
aspek mempengaruhi timbulnya variasi hasil perencanaan pengajaran. Hal tersebut
dapat terjadi oleh dua faktor. yaitu faktor perencana dan faktor luar
perencana.
Faktor-faktor
dari perencana yang berpengaruh adalah kepribadian dan penguasaaan ilmu-ilmu
yang diperlukan dalam membuat perencanaan. Kepribadian perencana yang mungkin
berpengaruh adalah pandangan/persepsi perencana tetang pendidikan, belajar,
siswa, mengajar, perencanaan pengajaran dan sebagainya, tipe kepemimpianan
(“lezzis fair, demokrasi, otoriter”).
Sementara
itu, penguasaaan perencana terhadap ilmu-ilmu atau konsep-konsep yang
diperlukan dalam membuat perencanaan pengajaran, misalnya: penguasaan bidang
studi (keluasan, kedalaman), pemahaman terhadap tujuan pendidikan dan
pengajaran, landasan-landasan pendidikan, teori belajar, psikologi
pendidikan, pengembangan kurikulum, strategi belajar, evaluasi pendidikan
dan sebagainya.
1. Pengertian perencanaan pengajaran IPS
Perencanaan Pengajaran IPS adalah suatu proses yang sistematis
dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik
untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam
suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu.
2. Masalah-masalah pokok dalam perencanaan pengajaran
IPS
Beberapa permasalahan pokok
yang harus diperhatikan dan dicarikan solusi pemecahannya yaitu:
a. Masalah Arah atau Tujuan
Masalah yang sering terjadi dalam penentuan arah atau tujuan pengajaran
adalah : rumusan masalah yang dibuat oleh guru terlalu luas dan tidak
operasional, sehingga sulit diukur dan diobservasi yang berakibat tujuan
pengajaran tidak dipahami oleh siswa.
b. Masalah Evaluasi
Masalah yang muncul dalam evaluasi, berkisaran antara lain : Prosedur
evaluasi yang tidak dikenal oleh siswa yang berakibat evaluasi yang
dilaksanakan tidak adil, dan memuaskan para siswa. Rumusan instrumen penilaian
tidak jelas, alat penilaian di buat secara sembarang, kurang atau tidak
memenuhi syarat validitas, serta tingkat reliabilitas yang rendah. Tingkat daya
pembeda soal yang kurang baik yaitu tidak dapat membedakan mana siswa pintar
dan mana siswa yang kurang pintar.
c. Masalah Isi dan Urutan Materi Pelajaran
Masalah yang muncul adalah bagaimana memilah-milah mana materi pelajaran
yang harus didahulukan penyajiannya secara runtun, logis dan sistematis. Lalu
apabila materi pelajaran yang disajikan tidak serasi dan tidak terorganisasi
dengan baik maka akibatnya terjadi kegagalan dalam menyampaikan uraian materi
pelajaran. Penyebab kegagalan penyampaian materi disebabkan guru membuat
instrumen penilaian yang isinya menghendaki jawaban materi pelajaran yang
sebenarnya belum atau tidak diajarkan.
d. Masalah Metode
Masalah yang berkaitan dengan metode pengajaran adalah kurang atau tidak
tepat sasaran dalam pemilahan metode yang digunakan, bersifat monoton dan tidak
sesuai dengan tujuan, strategi, model serta pendekatan pengajaran yang
digunakan.
e. Hambatan-hambatan
Hambatan-hambatan bisa datang dari siswa (kurangmampu mengikuti
pelajaran, memiliki perbedaan indvidual), dari guru (kurang berminat mengajar),
faktor institusional (terbatasnya ruang kelas, laboratorium serta alat-alat peraga).
Langkah-langkah menyusun perencanaan pengajaran IPS
a. Menetapkan Misi dan Tujuan
Dalam pendidikan misi dan tujuan pengajaran mengacu kepada misi dan
tujuan pendidikan mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler, tujuan pengajaran atau tujuan instruksional baik umum maupun
khusus (standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil belajar).
b. Diagnosa Hambatan dan Peluang
Diagnosa hambatan dan peluang termasuk kedalam bagian dari analisis SWOT
(Strengths Weakness Opportunities Threats). Kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi suatu lembaga atau organisasi. Analisis SWOT bila
diterapkan secara akurat akan membawa keberhasilan suatu program kegiatan yang
direncanakan.
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
madrasah. Ancaman merupakan situasi-situasi penting yang tidak menguntungkan
bagi lembaga dan merupakan gangguan terhadap eksistensi lembaga di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang.
Ancaman terhadap lembaga pendidikan Madrasah bisa datang dari pesaing
baru, kebijakan pemerintah, kondisi makro serta mikro ekonomi yang sulit dan
kesadaran yang rendah dari masyarakat tentang pentingnya pendidikan Madrasah.
c. Menilai Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan adalah sumber daya
yang dimiliki baik sumber daya personal maupun sumber daya material, maupun
sumber daya keuangan. Kelemahan adalah kekurangan atau
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki lembaga yang berkaitan dengan sumber
daya manusia dengan kualitas dan kapabilitasnya, sumber daya material yang
terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya, sumber daya keuangan yang terbatas,
serta kecintaan dan loyalitas yang kurang baik dari guru, pegawai maupun siswa.
d. Mengembangkan Tindakan Alternatif
Setelah analisis SWOT maka kepala sekolah dan guru membuat perencanaan
pengajaran harus dapat memilih alternatif tindakan dan langkah-langkah yang
terbaik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan.
e. Mengembangkan Rencana Strategi
Dalam perencanaan pengajaran strategi yang dikembangkan adalah strategi
pengajaran. Strategi pengajaran adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana
pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen pengajaran (tujuan, bahan,
metode, alat, sumber serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa untuk
melakukan kegiatan belajar dalam ranga mencapai tujuan belajar dan pengajaran
yang telah ditetapkan.
f. Mengembangkan Rencana Strategi
Pengembangan rencana strategi pengajaran dilakukan dengan membuat model
pengembangan sistem pengajaran. Model pengembangan merupakan kerangka dasar
yang dijadikan acuan dalam melakukan pengajaran yang meliputi dua dimensi yaitu
dimensi rencana dan dimensi proses yang nyata.
Dimensi rencana : prosedur dan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan
dalam mempersiapan proses belajar mengajar. Dimensi proses yang nyata :
interaksi belajar mengajar yang berlangsung di kelas.
g. Mengembangkan Rencana Operasional
Diawali dengan melakukan analisis materi pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum, analisis terhadap kalender pendidikan, pembuatan program tahunan,
program semester serta pembuatan silabus dan sistem penilaian.
Macam macam perencanaan pengajaran IPS
Perencanaan termasuk
perencanaan pengajaran dapat dilihat dari beberapa segi:
Berdasarkan jangka waktu
dapat di bedakan lagi menjadi :
1)
Perencanaan
Jangka Panjang
Rencana
jangka panjang adalah perencanaan yang meliputi kurun waktu 10, 20, atau 25
tahun. Parameter atau ukuran keberhasilannya bersifat sangat umum, global dan
tidak terperinci. Namun demikian perencanaan jangka panjang dapat memberi arah
untuk jangka menengah dan jangka pendek.
2)
Perencanaan
Jangka Menegah
Perencanaan jangka menengah
adalah perencanaan yang dilaksanakan dalam kurun waktu antara 4-7 tahun.
Perencanaan jangka menengah merupakan penjabaran dari perencanaan jangka
panjang dan perlu dijabarkan dalam perencanaan jangka pendek.
3)
Perencanaan
Jangka Pendek
Merupakan perencanaan dengan
kurun waktu antara 1 sampai 3 tahun dan merupakan penjabaran dari perencanaan
jangka menengah.
Berdasarkan luas jangkauannya.
Dibedakan pula menjadi :
1)
Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah
perencanaan yang bersifat menyeluruh (umum) dan bersifat nasional.
2)
Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro adalah
perencanaan yang memiliki ruang lingkup terbatas, hanya untuk satu institusi.
Perencanaan ini lebih rinci, konkrit dan operasional dengan memperhatikan
karakteristik lembaga, namun tidak boleh bertentangan dengan perencanaan makro
atau nasional.
Perencanaan
Dilihat dari Telaahnya
Dibedakan menjadi :
1) Perencanaan
Strategis
Merupakan
rencana yang berkaitan dengan kegiatan menetapkan tujuan, pengalokasian
sumber-sumber untuk mencapai tujuan. Biasanya diambil oleh pucuk pimpinan yang
kadang kurang didukung oleh data-data statistik
2) Perencanaan
Manajerial
Merupakan
perencanaan yang ditujukan untuk menggerakan dan mengarahkan proses pelaksanaan
agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam perencanaan ini sudah lebih terperinci dan didukung data-data statistik.
3) Perencanaan
Operasional
Merupakan
rencana apa yang akan dikerjakan dalam tingkat pelaksanaan di lapangan.
Perencanaan ini bersifat konkret dan spesifik serta berfungsi memberikan
petunjuk teknis mengenai aturan, prosedur serta ketentuan-ketentuan lain yang
telah ditetapkan.
Karakteristik perencanaan pengajaran
Menurut Banghart dan Trull
dalam Harjanto ada beberapa karakteristik perencanaan pengajaran yaitu :
a. Merupakan proses rasional.
b. Merupakan konsep dinamik.
c. Terdiri dari beberapa
aktivitas.
d. Berkaitan dengan pemilihan sumberdana,
sehingga mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah pengunaan dan salah
dalam manajemennya.
Dimensi-dimensi perencanaan pengajaran
Merupakan cakupan dan
sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan
pengajaran. Dimensi perencanaan pengajaran meliputi :
a. Signifikansi
Merupakan tingkat kekuatan atau pengaruh serta ketergantungan antara
tujuan pendidikan yang diajukan dengan kriteria-kriteria yang dibangun selama
proses perencanaan.
b. Feasibilitas
Bahwa dalam perencanaan pengajaran harus disusun dengan pertimbangan
realitas dengan sumber-sumber pembiayaan serta pertimbangan-pertimbangan
lainnya yang bersifat realisitik untuk dicapai.
c. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran
memungkinkan penyelesaian masalah-masalah secara lebih spesifik dan mendetail
serta tercapai tujuan spesifik secara optimal sesuai waktu yang telah
ditetapkan.
d. Kepastian
Konsep kepastian mengarahkan agar dalam perencanaan pengajaran perlu
mempertimbangkan serta memilih hal-hal yang sifatnya pasti dan dapat
dilaksanakan.
e. Ketelitian
Yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam
bentuk yang sederhana dengan mempertimbangkan pengambilan keputusan dari
alternatif yang terbaik dan efektif serta efisien untuk dilaksanakan.
f. Adaptabilitas
Karena dunia pendidikan dan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu
senantiasa mencari informasi yang terbaru sebagai umpan balik
g. Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu harus diperhatikan, baik untuk prediksi
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
h. Monitoring
Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa
berbagai komponen perencanaan pengajaran berjalan dan dikembangkan secara
efektif dengan berbagai variasi.
Isi Perencanaan
Perencanaan yang baik perlu
memuat :Tujuan apa yang diinginkan.
1)
Program dan layanan.
2)
Tenaga manusia.
3)
Keuangan.
4) Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara pengunaan pola distribusi dan
kaitannya dengan pengembangan psikologis.
5)
Struktur organisasi.
6) Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan pengajaran.
7)
Manfaat dan pentingnya perencanaan pengajaran
Banyak manfaat yang diperoleh dari perencanaan
pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
- Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
- Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
- Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
- Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
- Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Perencanaan memiliki arti penting sebagai berikut :
- Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
- Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (fore-casting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
- Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik (the best alternatif) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination).
- Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
- Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.
Sementara faktor luar dari perencana yang juga mempengaruhi
perencanaan meliputi:
- Tingkat lembaga pendidikan (SD, SMP. SMU).
- Macam jenis pendidikan (formal, non formal).
- Pesan-pesan yang terkandung dalam kurikulum (pembentukan karakteristik tertentu dari peserta didik).
- Kaidah-kaidah pendidikan, teori belajar yang dijadikan acuan (mementingkan produk atau mementingkan proses).
- Peserta didik (karakteristik peserta didik).
- Tingkat dan jenis tujuan (aspek dari kompetensi) yang ingin dicapai.
- Tipe-tipe materi pelajaran misalnya, teori (berupa fakta, konsep dan prinsip), hitungan, gambar atau praktek (praktek untuk mempertinggi pemahaman atau untuk menghasilkan skill).
- Tipe-tipe belajar.
- Prinsip-prinsip mengajar yang dipergunakan.
- Sarana yang tersedia.
- Kondisi umum, dan lain-lain.
Pertimbangan yang memungkinkan
diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni :
1. Signifikasi. Tingkat
signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang
diajukan. Dalam mencapai tujuan itu, mengambil keputusan perlu mempunyai garis
pembimbing yang jelas dan mengajukan criteria evaluasi sekali keputusan telah
diambil dan tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan dapat
mengadakan evaluasi kontribusi perencanaan, dan signifikasi dapat ditentukan
berdasarkan kreteria-kreteria yang dibangun sesame proses perencanaan.
2. Feasibilitas.
Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran. Salah satu
faktor penentu adalah otoritas political yang memadai, sebab dengan itu
feabisibilas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat
dalam pertimbangan yang realistic.
3. Relevansi.
Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan
penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat
dicapai tujuan spesifik secara opimal.
4. Kepastian atau
definitiveness. Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya
kebutulan dapat dimasukan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan
agar sebanyak mungkin hal-hal tersebut dimasukan dalam pertimbangan. Penggunaan
teknik atau metode simulasi sangat menolong mengantipasi hal-hal tersebut.
Konsep kepastian menimbulkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak
terduga.
5. Ketelitian
atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar
perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk sederhana, serta perlu diperhatikan
secara sensitive kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.
Dalam penerapan prinsip ini berarti diperlukan waktu yang lebih banyak dalam
menggali beberapa alternative, sehingga perencanaan dan mengambil keputusan
dapat mempertimbangkan alternative mana yang paling efisien.
6. Adaptabilitas.
Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamik, sehingga perlu senantiasa
mencari informasi sebagai umpan balik atau balikan. Kalau perencanaan
pengajaran sudah lengkap, penyimpangan-penyimpangan sedah semakin berkurang dan
aktivitas-aktivitas spesifik dapat ditentukan. Penggunaan berbagai proses
memungkinkan perencanaan pengajaran yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang
untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
7. Waktu.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan
perencanaan dalam memperediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas
analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan pendidikan masa kini
dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monitoring
atau pemantauan. Termasuk di dalamnya adalah mengembangkan kreteria
untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. Ukurannya
dibangun untuk selama pelaksanan pengajaran, namun perlu diberi pertimbangan
tentang toleransi terbatas atas penyimpangan perencanaan. Menjamin agar
pelaksanaan dapat mulus, perlu dikembangkan suatu prosedur yang memungkinkan
perencanaan pengajaran menentukan alasan-alasan mengadakan variasi dalam
perencanaan.
9. Isi
perencanaan. Dimensi terakhir adalah hal-hal yang akan direncanakan.
Perencanaan pengajaran IPS yang terbaik perlu memuat :
- Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
- Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
- Tenaga manusia, yakni mencangkup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
- Bangunan fisik mencangkup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan bangunan fisik lain.
- Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
- Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
- Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
Dalam buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran
karya Abdul Majid bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu:
Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan.
Pembelajaran,
berarti proses yang diatur dengan
langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.
Jadi,
perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu,
pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan
atau lebih.
Komponen
Perencanaan Pembelajaran IPS
Menurut buku
yang berjudul “Strategi Belajar
Mengajar” karya Syaiful Bahri
Djamarah & Aswan Zain komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari:
1. Tujuan
(Objective)
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang
dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran,
kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan elat evaluasi.
2. Bahan
Pelajaran (Material)
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti
memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak
didik.
3. Metode
(Method)
Metode adalah
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Alat (Media)
Alat adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran.
Misalnya: bagan, grafik, komputer, OHP, dan lain-lain.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil
belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Misalnya: tes tulis, lisan, praktek, dan lain-lain.
Pentingnya
Perencanaan Pembelajaran IPS
Meminjam
kata-kata singkat tapi sangat esensial dari buku Perencanaan Pembelajaran karya
Abdul Majid bahwa inti proses pendidikan adalah pembelajaran. Inilah
aktivitas rutin yang dilakukan guru sehari-hari. Agar program yang mereka
lakukan lebih terarah, mereka musti tahu kurikulum yang dirilis pemerintah.
Informasi dari kurikulum itulah sebagai bahan mereka untuk menyusun silabus dan
rencana pembelajaran. Guru selayaknya dapat memahami tentang semua aktivitas
teknik menyangkut pembelajaran secara baik. Tidak hanya itu, penting juga
informasi tentang standar kompetensi yang seharusnya dimiliki guru sendiri.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan perencanaan
pembelajaran yang baik. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Pengelolaan Pendidikan
Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan bahwa perencanaan merupakan salah
satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan,
pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
Salah satu lembaran
kertas mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul majid mengemukakan
beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang
bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur
guru maupun unsur murid.
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan,
sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan
kerja.
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Melihat
manfaat di atas, maka perencanaan pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh para
guru, sesuai tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan
efektif dan efisien.
Perencanaan pengajaran IPS adalah suatu hal yang sangat penting yang
harus dikerjakan oleh setiap guru ataupun calon guru. Jadi perencanaan
pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar
didalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi pengajaran
(interaksi guru-murid) tertentu yang khusus, baik yang berlangsung di dalam
kelas ataupun diluar kelas. Makin baik dipikirkan, maka makin baiklah persiapan
perencanaan pengajaran itu, sehingga bisa diharapkan makin baik pula dalam
pelaksanaannya.
Semua perencanaan yang baik adalah suatu proses pertumbuhan. Pada mulanya
suatu konsep hanya samar-samar, lambat laun berkat pemikiran yang matang maka
konsep itu makin jelas dan terperinci. Setiap perencanaan harus bersifat
fleksibel (bisa berubah-ubah) sehingga ada usaha untuk selalu memperbaiki dan
mempertinggi mutu pengajarannya.
Mengajar itu sebenarnya merupakan juga suatu “seni” dan sebagaimana
kesenian yang lain harus pula selalu dikembangkan dengan usaha yang
sungguh-sungguh dan tekun untuk mencapai taraf dan mutu yang lebih baik.
|
Pembahasan
tentang pentingnya Perencanaan Pembelajaran dapat dilihat dalam bentuk skema
berikut ini:
Peran
penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang
mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh seorang guru
atau sebaliknya. Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar
ketika seorang guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di
antaranya:
1. Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang
jelas, sehingga memungkinkan target penyampaian materi yang berdasarkan Standar
Kompetensi akan tercapai secara optimal, bahkan memungkinkan siswa lulus ujian
dengan skor yang terbaik.
2. Guru akan menguasai materi yang akan
disampaikan dengan baik dan cara penyampaiannya,
3. Guru akan mempunyai metode yang tepat dalam
pengajarannya, sehingga materi akan mudah dipahami oleh siswa.
4. Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat,
sehingga memungkinkan siswa sangat tertarik terhadap materi yang disampaikan.
5. Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi
kepada siswa, bahkan memungkinkan para siswa dapat menjawab semua soal dengan
tepat.
Berdasarkan
lima kemungkinan positif di atas, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa
proses belajar mengajar dengan perencanaan pembelajaran yang baik akan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan ini akan mendorong
siswa dan guru untuk mengembangkan prestasinya di bidang pendidikan lebih baik
lagi.
Kemungkinan
yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru tidak
melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya:
a. Guru tidak akan mempunyai tujuan pembelajaran
yang jelas, sehingga memungkinkan target penyampaian materi yang berdasarkan
Standar Kompetensi tidak akan tercapai, bahkan memungkinkan siswa tidak lulus
dalam ujian.
b. Guru tidak menguasai materi yang akan
disampaikan dengan baik dan cara penyampaiannya, sehingga selain materi akan
sulit dipahami oleh siswa, juga akan memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan,
baik dalam materi maupun penyampaiannya.
c. Guru tidak akan mempunyai metode yang tepat
dalam pengajarannya, sehingga memungkinkan akan menghambat daya serap siswa
terhadap materi yang disampaikan.
d. Guru tidak memiliki pemilihan media yang tepat,
sehingga memungkinkan siswa mengalami kejenuhan karena kurangnya daya
kreativitas guru dalam mengajar.
e. Guru tidak akan memiliki standar jelas dalam
memberikan evaluasi kepada siswa, bahkan memungkinkan para siswa tidak
dapat menjawab soal-soal dengan tepat (mungkin juga mendapatkan skor di bawah
standar minimal).
Berdasarkan
lima kemungkinan negatif di atas, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa
proses belajar mengajar tanpa perencanaan pembelajaran yang baik tidak akan
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kegagalan ini akan menimpa
pada siswa dan guru dalam mengembangkan prestasinya di bidang pendidikan.
Kedudukan
dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran IPS
Salah satu instrument atau
alat yang harus dipenuhi yaitu adanya perencanaan pembelajaran yang dibuat
sebelum pembelajaran dimulai. Melalui perencanaan yang telah disiapkan, setiap
guru ketika akan mengajar akan menyesuaiakan dengan tahap-tahap kegiatan yang
tertera dalam perencanaan. Pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian
rupa menurut langkah-langkah atau aturan tertentu secara professional dan
proporsional, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, logis, wajar,
sistematis, efektif dan efisien. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran
memiliki fungsi dan kedudukan yang sentral dalam suatu sistem pembelajaran, dan
oleh karenanya merencanakan pembelajaran termasuk kedalam salah satu tuntutan
kompetensi, terutama terkait dengan kompetensi professional yang harus dikuasai
dan dimiliki setiap guru, baik guru pemula maupun guru yang sudah senior
sekalipun.
Kedudukan
Perencanaan Pembelajaran IPS
Robert H. Davis
mengidentifikasi lima tipe permasalahan pembelajaran, sehingga oleh karenanya
memerlukan perencanaan pembelajaran yang matang, yaitu:
a. Direction; yang
dimaksud adalah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang harus dicapai oleh
siswa.
b. Content and sequence; yaitu
bahwa untuk mencapai setiap unsure tujuan dari masing-masing kawasan yang
menjadi sasaran pembelajaran, tentu saja diperlukan adanya materi pembelajaran.
c. Methods; yaitu untuk
mengkomunikasikan materi kepada siswa agar mencapai tujuan sangat ditentukan
pula oleh ketepatan memilih dan menggunakan metode pembelajaran
d. Constrains; yaitu
batasan yang jelas sumber-sumber pembelajaran yang akan digunakan dan mendukung
terhadap proses pembelajaran. Robert H. Davis mengklasifikasikan sumber-sumber
kedalam tiga bidang besar yaitu: sumber-sumber manusia (human), sumber
kelembagaan (institusional), dan sumber pembelajaran (instructional).
e. Evaluation; yaitu
penilaian sebagai salah satu cara untuk memberikan harga atau nilai terhadap
objek yaitu siswa.
Perencanaan
pembelajaran IPS meliputi
beberapa aspek sebagi berikut:
1. Tujuan
pembelajaran, mencakup unsur-unsur tujuan yang luas yaitu meliputi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan termasuk setiap unsur yang ada di dalamnya.
2. Materi pembelajaran, yaitu
meliputi cakupan atau ruang lingkup dan urutannya, harus direncanakan secara
akurat dan terkontrol sesuai dengan unsur-unsur tujuan yang ditetapkan
sebelumnya.
3. Metode dan sumber pembelajaran, sudah
diidentifikasi dengan jelas, dan dipilih serta ditetapkan metode dan sumber
pembelajaran apa selain terkait dengan tujuan dan materi, juga yang dapat
memotivasi siswa untuk aktif belajar.
4. Penilaian, yaitu jenis, bentuk atau model
penilaian yang akan digunakan harus direncanakan secara akurat sehingga dari
penilaian yang memenuhi persyaratan dapat memberikan informasi yang akurat pula
terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Secara lebih
spesifik fungsi perencanaan pembelajaran IPS dikemukakan
oleh Kostelnik sebagai berikut:
1. Mengorganisir
pembelajaran; yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan
pembelajaran agar tertata secara teratur, logis, sistematis, untuk memudahkan
melakukan proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.
2. Berpikir
lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu melalui
perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif.
Dengan demikian proses pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang
monoton atau terjadi secara rutinitas.
3. Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui
perencanaan, sarana dan fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah
diidentifikasi dan bagaimana mengelolanya agar terjadi kegiatan pembelajaran
yang lebih efektif.
4. Memetakan
indicator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui perencanaan
yang matang, guru sudah memiliki data tentang sejumlah indicator yang harus
dikuasai oleh siswa dari setiap pembelajaran yang dilakukannya.
5. Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih
spesifik; yaitu melalui perencanaan, hal-hal penting yang terkait dengan
kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang dimiliki siswa akan teridentifikasi
dan merencanakan tindakan yang dianggap tepat untuk meresponnya.
6. Mengkomunikasikan
proses dan hasil pembelajaran terhadap pihak-pihak terkait langsung maupun
dengan masyarakat.
Secara umum
dapat disimpulkan bahwa Perencanaan IPS adalah :
1. Perencanaan
pembelajaran adalah proses mengatur dan mengelola setiap unsur pembelajaran
(tujuan, isi, metode, media dan sumber, serta evaluasi) sehingga menjadi suatu
sistem perencanaan pembelajaran yang utuh dan terintegrasi.
2. Perencanaan
pembelajaran adalah adalah proses proses penjabaran dari suatu kurikulum
kadalam bentuk operasional pembelajaran.
3. Perencanaan
pembalajaran berfungsi sebagai alat pengendali sekaligus kontrol dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
4. Perencanaan
pembelajaran adalah rambu-rambu untuk dijadikan dasar beraktivitas dalam setiap
melaksanakan proses pembelajaran.
5. Secara lebih
luas perencanaan pembelajaran adalah proses memprogram pengembangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
Teori Belajar Gestalt
Gestalt
berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a. Hubungan
bentuk dan latar (figure and gound
relationship);
yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya
membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat
samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan
(proxmity);
bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu
bentuk tertentu.
c. Kesamaan
(similarity);
bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan
cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d. Arah
bersama (common direction);
bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure
atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan
(simplicity);
bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk
keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
f. Ketertutupan
(closure)
bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima. Esensi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman
tilikan (insight);
bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah
dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik
hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior);
bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip
ruang hidup (life space);
bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
e.
Transfer dalam Belajar (Transfer Knowledge)
pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
f. Penekanan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Prinsip -
prinsip Pengembangan Silabus
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatkan para pengembang silabus,
yakni:a.
- Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatandalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secarakeilmuan.
- Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembanganfisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik..
- Sistematis, yakni komponen - komponen silabus saling berhubungansecara fungsional dalam mencapai kompetensi.
- Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asa) antara kompetensi
- Memadai, maksudnya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
- Aktual dan kontekstual, yakni cakupan indikator , materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatkan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
- Fleksibel, maksudnya keseluruhan komponen silabus dapatmengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.
- Menyeluruh, maksudnya komponen mencakup keseluruhan ranahkompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
Komponen dan
Format Silabus
Komponen Silabus memuat sekurang - kurangnya komponen - komponen berikut ini
:
- Identifikasi
- Standar Kompetensi
- Materi Pokok
- Pengalaman Belajar
- Indikator
- Penilaian
- Alokasi Waktu
- Media (sumber/bahan/alat)
Komponen dan
Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Setelah silabus tersusun, langkah berikutnya adalah penyusunan
RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan penjabaran dari
silabus.RPP disusun untuk setiap kali pertemuan oleh guru. Di dalam RPP
tercerminkegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai
kompetensiyang telah ditetapkan. RPP minimal memuat komponen ±
komponensebagaimana berikut :
- Tujuan Pembelajaran
- Materi Ajar
- Metode Pembelajaran
- Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
- Penilaian Hasil Belajar
Analisis
Sumber Belajar & Media Pembelajaran IPS
Sumber Belajar (Media Pembelajaran)´. Pada poin ini hendaknya dilakukan
analisis terhadap pertimbangan - pertimbangan pemilihan media sebagaimana telah
dibahas pada bab terdahulu, yakni meliputi :
(1) deskripsi singkat tentang karakterisistik siswa;
(2) analisis tujuan (meliputi kognitif,afektif, psikomotorik);
(3) analisis bahan ajar yang biasanya menuntut berbagaiaktivitas siswa;
(4) ketersediaan atau pengadaan media pembelajaran.
Sifat Bahan
Ajar IPS
Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang
ingindilakukan siswa. Tugas - tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas
dari parasiswanya.Banyak jenis aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah.
Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut aktivitas siswa. Ada delapan
aktivitas belajar siswa disekolah di antaranya :
1. Visual
Activities
yang termasuk di dalamnya
adalah membaca,memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain
2. Oral
Activities,
seperti menyatakan,
bertanya, member saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi
3. Listening
Activities,
sebagai contoh mendengarkan
uraian, diskusi
4. Writing
Activities,
seperti menulis poin ± poin
yang penting di dengarnya,menulis karangan
5. Drawing
Activities,
seperti menggambar, membuat
grafik, peta
6. Motor
Activities
antara lain melakukan
percobaan, membuat kontruksimodel, mereparasi, beternak, berkebun
7. Mental
Activities
menanggapi, mengingat, memecahkan soal
8. Emotional
Activities
seperti merasa bosan,
berani, tenang, gugu
Bahan Ajar IPS
disusun untuk :
- Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
- Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
- Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
Menyediakan
berbagai jenis pilihan bahan ajar Bahan Ajar dapat dikelompokan menjadi
beberapa kategori :
- Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
- Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
- Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara sumber .
- Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau lebihmedia yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau perilakualami dari suatu presentasi
Fungsi & Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik
(1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru,membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh
- pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran padatahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keeftifan proses belajar mengajar.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran IPS,
khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi Atensi
b. Fungsi Afektif
c. Fungsi Kognitif
d. Fungsi Kompensatori
1. Fungsi atensi
media visual merupakan inti,
yaitu menarik dan mengarahkan perhatiansiswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yangditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu oleh mereka sehingga mereka
tidak memperhatikan.Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan
perhatian mereka kepada pelajaran yang akanmereka terima. Dengan demikian,
kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaransemakin besar.
2. Fungsi afektif
media visual dapat terlihat
dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang
bergambar. Gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dansikap siswa,
misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras
3. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari
temuan ± temuan penelitian yangmengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris
media pembelajaran terlihat
dari hasil penelitian bahwa mediavisual yang memberikan konteks untuk memahami
teks membantu siswa yang lemah dalammembaca untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran
befungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Ciri - Ciri
Media Pembelajaran :
- Ciri Fiksatif (Fixative Property)
- Ciri Manipulatif (Manipulatif Property)
- Ciri Distributif (Distributif Property)
Teori
Pembelajaran IPS
Guru sebagai
pengembang media pembelajaran IPS harus mengetahui perbedaan
pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran
yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para
pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani
perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya
interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual, Jika menelaah literatur
psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari
aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis
teori belajar, yaitu: (A) teori belajar behaviorisme; (B) teori belajar
kognitivisme; (C) teori belajar konstruktivisme; (D) teori belajar humanisme
dan (E) teori belajar gestalt
1. Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme
ini, diantaranya :
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut
Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap
kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor
anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
- Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang
sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer
itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
d. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme
lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis
atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Kajian konsep dasar belajar dalam Teori Behaviorisme
didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior)
individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku
apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta didik
di SD/MI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Semakin tepat dan
intensif rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif
pula kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam belajar tersebut
kondisi lingkungan berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus
direspon individu dengan sejumlah konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang
dihadapi peserta didik, ada yang bersifat positif (misalnya perasaan puas,
gembira, pujian, dan lain-lain sejenisnya) tetapi ada pula yang bersifat
negatif (misalnya perasaan gagal, sedih, teguran, dan lain-lain sejenisnya).
Konsekuensi positif dan negatif tersebut berfungsi sebagai penguat (reinforce)
dalam kegiatan belajar peserta didik.
Seringkali guru mengaplikasikan konsep belajar menurut
teori behaviorisme secara tidak tepat, karena setiap kali peserta didik
merespon secara tidak tepat atau tidak benar suatu tugas, guru memarahi atau
menghukum peserta didik tersebut. Tindakan guru seperti ini (memarahi atau
menghukum setiap kali peserta didik merespon secara tidak tepat) dapat disebut
salah atau tidak profesional apabila hukuman (negative consequence)
tidak difungsikan sebagai penguat atau reinforce.
Peserta didik seringkali melakukan perilaku tertentu
karena meniru apa yang dilihatnya dilakukan orang lain di sekitarnya seperti
saudara kandungnya, orangtuanya, teman sekolahnya, bahkan oleh gurunya. Oleh
sebab itu dapat dikatakan, apabila lingkungan sosial di mana peserta didik
berada sehari-hari merupakan lingkungan yang mengkondisikan secara efektif
memungkinkan suasana belajar, maka peserta didik akan melakukan kegiatan atau
perilaku belajar yang efektif.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang
mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang
menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya
yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the
treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode
rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan
Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme mengacu pada wacana
psikologi kognitif, yang didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Para
ahli teori belajar ini berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan
struktur ingatan atau cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan
sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan
pengetahuan (Lefrancois, 1985). Tekanan utama psikologi kognitif adalah
struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang
mencakup ingatan jangka panjangnya (long-term memory). Psikologi
kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan
menyeleksi informasi untuk diproses. Perkatian utama psikologi kognitif adalah
upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi, mengorganisasikan, dan
menyimpan informasi. Belajar kognitif berlangsung berdasar schemata atau
struktur mental individu yang mengorganisasikan hasil pengamatannya.
Struktur mental individu tersebut berkembangan sesuai
dengan tingkatan perkembangan kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat
perkembangan kognitif seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan
keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang
diterimanya dari lingkungan, baik lingkungan phisik maupun lingkungan sosial.
Itulah sebabnya, teori belajar kognitivisme dapat disebut sebagai (1) teori
perkembangan kognitif, (2) teori kognisi sosial, dan (3) teori pemrosesan
informasi.
a.
Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Piaget
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1) sensory
motor;
(2) pre
operational;
(3) concrete
operational dan
(4) formal
operational.
Pemikiran
lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi
adalah “the process by which a person takes material into their mind from
the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make
it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or
concepts by the process of assimilation”
Asimilasi
ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasi
yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi
terbaru. Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka
panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan
inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif berisi
sejumlah coding yang mengadung segi-segi intelek yang mengatur atau
memerintah perilaku individu; perubahan perilaku mendasari penetapan
tahap-tahap perkembangan kognitif. Tiap tahapan perkembangan menggambarkan isi
struktur kognitif yang khas sesuai perbedaan antar tahapan.
Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget :
1. Sensorimotor
inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik.
Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat
diamati
2. Preoperation
thought (2-7 tahun): tampak
kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu
berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
3. Concrete
Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah
konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas
4. Formal
Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi,
berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta
mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat,
berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir abstrak
dalam/melalui bahasa
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif
Piaget dalam pembelajaran IPS adalah :
1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
b. Kognisi
Sosial oleh L.S. Vygotsky
L.S.
Vygotsky, mendasari pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam belajar
seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam
konteks budaya, sehingga proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan
utama budaya keluarga. Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan
bagaimana berpikir. Konsep dasar teori ini diringkas sebagai berikut:
- Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui 2 cara, yaitu melalui (i) budaya dan (ii) lingkungan budaya. Melalui budaya banyak isi pikiran (pengetahuan) individu diperoleh seseorang, dan melalui lingkungan budaya sarana adaptasi intelektual bagi individu berupa proses dan sarana berpikir bagi individu dapat tersedia.
- Perkembangan kognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses percakapan) dengan cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan masalah bersama orang lain, terutama orangtua, guru, saudara sekandung dan teman sebaya.
- Awalnya orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung jawab membimbing pemecahan masalah; lambat-laun tanggung jawab itu diambil alih sendiri oleh individu yang bersangkutan.
- Bahasa adalah sarana primer interaksi orang dewasa untuk menyalurkan sebagian besar perbendaharaan pengetahuan yang hidup dalam budayanya.
- Seraya bertumbuh kembang, bahasa individu sendiri adalah sarana primer adaptasi intelektual; ia berbahasa batiniah (internal language) untuk mengendalikan perilaku.
- Internalisasi merujuk pada proses belajar. Menginternalisasikan pengetahuan dan alat berpikir adalah hal yang pertama kali hadir ke kehidupan individu melalui bahasa.
- Terjadi zone of proximal development atau kesenjangan antara yang sanggup dilakukan individu sendiri dengan yang dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa.
- Karena apa yang dipelajari individu berasal dari budaya dan banyak di antara pemecahan masalahanya ditopang orang dewasa, maka pendidikan hendaknya tidak berpusat pada individu dalam isolasi dari budayanya.
- Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orangtua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.
c.
Pemprosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Model belajar pemrosesan informasi ini (kognitif information
processing), karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake
register: informasi
masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk
periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working
memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2) Working
memory: pengerjaan
atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung
berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas
isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term
memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya
sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di
dalamnya.
Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4)
penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan
balik.
3. Teori
Belajar Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPS
Konsep
belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses
pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan
untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan
satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri
secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam
diri mereka masing-masing.
Guru hanya
sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta
didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi
sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru
berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Berikt tabel peranan
peserta didik dan guru dalam pembelajaran konstruktivisme
Tasker
(1992:30)
mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai
berikut. Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi
pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara
gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara
gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley
(1991:12) mendukung
pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan
teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh
secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua,
fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dalam upaya mengimplementasikan
teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:20) mengajukan beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri, (2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik,
(5) mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6)
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Diharapkan melalui pembelajaran konstruktivisme,
peserta didik dapat tumbuh kembang menjadi individu yang penuh kepercayaan diri
yang memiliki sifat-sifat antara lain:
- Bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan mengembangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan yang baru dan selalu diperbaharui;
- Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dalam menghadapi segala sesuatu;
- Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain;
- Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas yang dihadapinya.
Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme memandang
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang
bersifat kognitif, afektif, dan konatif. Ibu, yang dicontohkan di atas hanya
melihat kegiatan belajar anaknya dari sisi afektif semata tanpa menyadari bahwa
sisi afektif (perasaan) dan konatif (psikomotorik) turut pula berperan dalam
belajar.
Salah seorang tokoh teori belajar
humanisme adalah Carl Ransom Rogers (1902- 1987) yang lahir di Oak Park,
Illinois, Chicago, Amerika Serikat. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh
psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan
terapis. Ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman
terapeutiknya yang banyak dipengaruhi oleh teori kebutuhan (needs) yang
diperkenalkan Abraham H. Maslow.
Menurut teori kebutuhan Maslow, di
dalam diri tiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun secara
berjenjang, mulai dari kebutuhan yang paling rendah tetapi mendasar (physiological
needs) sampai pada jenjang paling tinggi (self actualization).
Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengaktualisasi diri, yang oleh Carl
R. Rogers disebut dorongan untuk menjadi dirinya sendiri (to becoming a
person). Peserta didik pun memiliki dorongan untuk menjadi dirinya sendiri,
karena di dalam dirinya terdapat kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri,
menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri masalah yang dihadapinya. Itulah
sebabnya, dalam proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
Aktualisasi diri merupakan suatu
proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi
psikologis yang unik. Proses aktualisasi diri seseorang berkembang sejalan
dengan perkembangan hidupnya karena setiap individu, dilahirkan disertai
potensi tumbuh-kembang baik secara fisik maupun secara phisik masing-masing.
Proses tumbuh-kembang pada setiap individu mengikuti tahapan, arah, irama, dan
tempo sendiri-sendiri, yang ditandai oleh berbagai ciri atau karakteristiknya
masing-masing. Ada individu yang tempo perkembangannya cepat tetapi iramanya
tidak stabil dan arahnya tidak menentu, dan ada pula individu yang tempo
perkembangannya tidak cepat tetapi irama dan arahnya jelas.
Dalam kaitannya dengan proses
pendidikan formal (sekolah), Slavin (1994:70- 110) mengelompokkan Tahapan perkembangan anak, yaitu (1)
tahapan early childhood, (2) tahapan middle childhood, dan (3)
tahapan adolescence, dengan dimensi utama perkembangan
mencakup (a) dimensi kognitif, (b) dimensi fisik, dan (c) dimensi sosioemosi.
Tiap dimensi perkembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara
tahapan perkembangan yang satu dengan tahapan perkembangan yang lainnya.
Pada tahapan early childhood, perkembangan individu dalam dimensi
perkembangan kognitif lebih ditandai oleh penguasaan bahasa (language
aquisition). Individu pada tahapan perkembangan ini mendapatkan banyak
sekali perbendaharaan bahasa. Sejak lahir sampai pada usia 2 tahun biasanya
individu (bayi) mencoba memahami dunia sekitarnya melalui penggunaan rasa (senses).
Pengetahuan atau apa yang diketahuinya lebih banyak didasarkan pada gerakan
fisik, dan apa yang dipahaminya terbatas pada kejadian yang baru saja
dialaminya.
Pada tahapan perkembangan middle childhoods, perkembangan
kognitif seseorang mulai bergeser ke perkembangan proses berpikir. Pada
awalnya, proses berpikir individu pada tahapan perkembangan ini dimulai dengan
hal-hal konkrit operasional, dan selanjutnya ke hal-hal abstrak konseptual.
Apabila individu gagal dalam perkembangan proses berpikir dalam hal-hal konkrit
operasional, maka besar kemungkinan mengalami kesulitan dalam proses berpikir
abstrak konseptual.
Pada tahapan perkembangan adollescence, perkembangan
kognitif lebih ditandai oleh perkembangan fungsi otak (brain) sebagai
instrumen berpikir. Berpikir formal operasional atau berpikir abstrak
konseptual mulai berkembang; di samping itu mulai berkembang pola pikir reasoning
(penalaran) baik secara induktif (khusus=>umum) maupun secara deduktif
(umum=>khusus). Dalam menghadapi segala kejadian atau pengalaman tertentu,
individu mengajukan hipotesis atau jawaban sementara yang menggunakan pola
pikir deduktif.
Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman
yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh
prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
- Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
- Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
- Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
- Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
- Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
- Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran IPS antara lain :
- Pengalaman tilikan (experienced insight);
bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa.
- Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
- Perilaku bertujuan (pusposive behavior);
bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
- Prinsip ruang hidup (life space);
bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
- Transfer Pengetahuan dalam Belajar (transfer Knowledge);
yaitu pemindahan pola-pola perilaku
dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bulach,
Cletus R., 2002. “Implementing a Character Education CurricuAssessing Its
Impact on Student Behavior”, ProQuest Education Journal,
Dec.2002.
Darmiyati
Zuchdi, 2008. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan Yang Manusiawi, Jakarta:
Bumi Aksara
Doni
Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo.
Hamengku
Buwono X, (2006), “Paradigma Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Pendekatan Teoritik
dan Empirik”, Makalah, sebagai Keynote Speech dalam Seminar Internasional
HISPISI-FISE UNY, Yogyakarta, 11 Agustus 2006.
NCSS., (1994). Curriculum Standars for the Social Studies.
Washington D.C.: National Council for the Social Studies.
Numan
Somantri, M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,
Bandung: Rosda Karya.
S. Hamid
Hassan (2010), “Pendidikan IPS (Definisi,Tujuan, SKL, Konten, Proses dan
Asesmen)” Panduan, Yogyakarta:
HISPISI.
Wayan
Lasmawan, 2009. ”Merekonstruksi Ke-IPS-an Berdasarkan Paradigma
Teknohumanistik”, Makalah, disajikan pada Seminar tentang Pendidikan IPS oleh FIS
Undiksa, 30 0ktober, 2009.
Waterworth,
Peter dan Nana Supriatna. 1997. Tantangan dalam Kurikulum IPS. Mimbar Pendidikan, No. 2, XVI, 31-37.
Zamroni,
(2010), ”Peran Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan Karakter Bangsa”, Makalah,
disampaikan pada Seminar Internasional oleh HISPISI dan UNM di UNM Makasar,
13-14 Juli 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar