Minggu, 17 Maret 2013

Modul Konsep IPS


A. Defenisi & Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Noman Somantri  memberikan penjelasan PIPS adalah suatu synthetic discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Makna synthetic discipline, bahwa PIPS bukan sekedar mensistesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.

National Council for the Social Studies (NCCS) memberikan definisi yang lebih tegas, seperti yang dikutip Catur (2004), bahwa IPS sebagai “the study of political, economic, culturals, and environment aspects of societies in the past, present and future

Pendidikan IPS memuat tiga sub tujuan, yaitu; Sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan  sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.
Menurut materinya, Ruang Lingkup materi IPS adalah :
a. Merupakan perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
b. Terkait dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan   kebangsaan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia global.
c.  Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual.

Berdasarkan konsep dan tujuan IPS dapat disimpulkan bahwa Ruang Lingkup mata pelajaran IPS meliputi tema-tema 1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, 3) Sistem Sosial dan Budaya , dan 4)Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

IPS  merupakan kajian yang mengintegrasikan pada ujud keterpaduan dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial (integrated social sciences) (lih. Zamroni, 2010: 7). Jadi sifat keterpaduan ini menjadi ciri pokok mata kajian yang disebut IPS. Oleh karena itu, S. Hamid Hasan (2010: 1) menegaskan bahwa IPS adalah studi integratif tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu dengan segala aktivitasnya.  Sementara itu kalau mengacu pada kajian Social Studies,  National Council for Social Studies (NCSS) dijelaskan  bahwa:
            "Social studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world “ (1994: 3).
            Hakikat IPS di tingkat pendidikan dasar menunjukkan bahwa  IPS sebenarnya merupakan pelajaran yang cukup komprehensif yang dapat menjadi salah satu instrument untuk  ikut memecahkan masalah-masalah sosio-kebangsaan di Indonesia.

B. Tujuan pendidikan IPS
Secara umum Tujuan Pendidikan IPS adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual (Soedarno Wiryohandoyo, 1997).
PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan ketrampilan intelektual (Jarolimelc, 1986:5-8). Menurut Awan Mutakin (1998),
Tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi   sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar:
a.  Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b.  Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c.  Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d.   Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
e.  Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Tujuan pembelajaran IPS, secara umum dapat dirumuskan antara lain untuk mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik  agar :  (1) menjadi warga negara (dan juga warga dunia) yang baik; (2) mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar kemasyarakatan ,  (3) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi,  dan mengambil langkah-langkah untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4)  membangun komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai serta ikut mengembangkan nilai-nilai luhur dan  budaya Indonesia, dan (5) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional maupun internasional.

C. Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran IPS
Frankel  (1980: 1) nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk dijalankan dan dipertahankan.
Amborise : nilai itu sifatnya relatif yang merupakan landasan bagi perubahan dan dapat ditanamkan melalui berbagai sumber seperti keluarga, masyarakat,  agama,media massa, tradisi, dan dalam pergaulan.
Rokeach (2004:27) membuat klasifikasi nilai menjadi dua yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Nilai instrumental sering juga disebut nilai antara, dan nilai terminal adalah sebagai nilai  akhir. Sebagai contoh manusia yang memiliki nilai insrumental hidup bersih, dia memiliki nilai akhir  secara konsisten yakni nilai keindahan dan kesehatan.
Enam Nilai yang terdapat dalam teori Spranger dalam Mulyana (2004: 32-35) yakni nilai teoritik, nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama.
1.  Nilai teoritik melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam  memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu.
2.     Nilai ekonomis, terkait dengan perimbangan nilai yang berkadar untung dan rugi, yang berarti mengutamakan kegunaan sesuatu bagi manusia.
3.       Nilai estetik, disebut juga sebagai nilai keindahan yang sangat tergantung pada subjektif seseorang.
4.        Nilai sosial,  berakumulasi pada nilai tertinggi yakni kasih sayang antar manusia.
5.    Nilai politik, kadar nilainya bergerak dari pengaruh yang rendah menuju tinggi, atau sering disebut sebagai nilai kekuasaan.
6.      Nilai agama,  merupakan nilai yang bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan.
             IPS  merupakan kajian yang menunjuk pada wujud keterpaduan dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial (integrated social sciences) (lih. Zamroni, 2010: 7). Jadi sifat keterpaduan ini menjadi ciri pokok mata kajian yang disebut IPS. Oleh karena itu, S. Hamid Hasan (2010: 1) menegaskan bahwa IPS adalah studi integratif tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi ruang dan waktu dengan segala aktivitasnya.  Sementara itu kalau mengacu pada kajian Social Studies,  National Council for Social Studies (NCSS) dijelaskan  bahwa:
        "Social studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world “ (1994: 3).

D. Hakikat Pembelajaran IPS          
Hakikat IPS dalam pengertian yang terpadu inilah yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP).  Dengan pengertian itu menunjukkan bahwa  IPS sebenarnya merupakan pelajaran yang cukup komprehensif yang dapat menjadi salah satu instrument untuk  ikut memecahkan masalah-masalah sosio-kebangsaan di Indonesia. 
Kalau demikian apa tujuan pembelajaran IPS itu? Tujuan pembelajaran IPS, secara umum dapat dirumuskan antara lain untuk mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik  agar :  (1) menjadi warga negara (dan juga warga dunia) yang baik; (2) mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar kemasyarakatan, (3) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi, dan mengambil langkah-langkah untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4) membangun komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai serta ikut mengembangkan nilai-nilai luhur dan  budaya Indonesia, dan (5) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional maupun internasional.
Pendidikan IPS juga dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti. Pendidikan IPS memiliki arah dan tujuan yang sama dengan tujuan pembelajaran IPS, yakni sama-sama bertujuan agar peserta didik dan warga belajar pada umumnya menjadi warga negara yang baik. Bahkan secara tegas Gross menyatakan bahwa Values Education as social studies “to prepare students to be well-fungtioning citizens in democratic society”
 Pembelajaran IPS diarahkan untuk menjadikan warga negara yang baik, melahirkan pelaku-pelaku sosial yang cerdas, arif  dan bermoral. Dalam konteks pendidikan karakter, para peserta didik dengan potensi yang dimilikinya, difasilitasi untuk mengembangkan  perilaku jujur, bertanggung jawab, santun, kasih sayang dan saling menghormati, berlatih berpikir kritis dan kreatif, percaya diri dan membangun kemandirian; memiliki semangat kebangsaan, dan bangga terhadap  hasil karya budaya bangsa sendiri. Thomas Lickona (2000: 48) menyebutkan beberapa nilai kebaikan yang perlu dihayati dan dibiasakan dalam kehidupan peserta didik agar tercipta kehidupan yang harmonis di lingkungan sekolah,  keluarga dan masyarakat. Beberapa nilai itu antara lain: kejujuran, kasih sayang, pengendalian diri, saling menghargai, kerjasama, tanggung jawab. Terkait dengan ini, maka dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, guru harus juga bekerja sama dengan keluarga atau orang tua/wali peserta didik. Bahkan menurut Cletus R. Bulach (2002: 80), orang tua dan guru perlu membuat kesepakatan tentang nilai-nilai utama apa yang perlu dibelajarkan misalnya: respect for self, others, and property; honesty; self-control/discipline.
       Uraian tersebut, menunjukkan begitu eratnya antara makna pembelajaran dan pendidikan IPS dengan tujuangn pengembangan pendidikan karakter. Dengan demikian  dapat ditegaskan  bahwa apabila pembelajaran IPS itu dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan  pembelajaran  IPS yang sebenarnya,  maka proses pembelajaran itu secara tidak langsung  merupakan  proses pendidikan karakter.  Pembelajaran IPS dapat berperan  sebagai pendidikan nilai atau pendidikan karakter, karena dalam pembelajaran IPS juga membelajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai keindonesiaan.
         Pembelajaran IPS juga dapat menjadi kerangka untuk memantapkan rekayasa sosial dalam pendidikan karakter. Bagaimana dalam proses pendidikan dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik, dilatih untuk memahami aspek-aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa atas dasar nilai dan moralitas, memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Semuanya ini jelas terkait dengan pendidikan karakter bangsa.
        Agar pembelajaran IPS itu dapat berperan dan menjadi instrumen penting bagi pengembangan pendidikan karakter, maka perlu dilakukan pembenahan-pembenahan mendasar oleh para pelaku pendidikan dan institusi yang mengelola pendidikan IPS. Program pendidikan IPS harus menempatkan  UU Sisdiknas terutama pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional sebagai rujukan utama dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional secara  utuh.

E. Desain Kurikulum IPS
            Dalam mendeisain kurikulum pendidikan IPS, termasuk dalam proses pembelajarannya,  harus juga berangkat dari hakikat dan karakter peserta didik, bukan berorientasi pada materi semata (lih. Wayan Lasmawan, 2010: 2). Pendekatan esensialisme sudah saatnya untuk dimodifikasi dengan  teori rekonstruksi sosial yang mengacu pada teori pendidikan interaksional (Nana Syaodih Sukmadinata, 1996: 6). Sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan kehidupan masyarakat, pembelajaran IPS harus dikembalikan sesuai dengan khitah konseptualnya yang bersifat terpadu yang menekankan pada interdisipliner dan trasdisipliner, dengan pembelajaran yang kontekstual dan transformatif, aktif dan partisipatif dalam perpektif nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Sesuai dengan maksud dan tujuannya,  pembelajaran IPS harus memfokuskan perannya pada upaya mengembangkan pendidikan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungannya secara bermartabat.
Proses pembelajaran IPS, harus dibangun sebagai sebuah proses transaksi kultural yang harus mengembangkan karakter sebagai bagian tak terpisahkan dari pengembangan IPTEKS pada umumnya.  Pelaksanaan pendidikan IPS saat ini yang lebih didominasi oleh praktik pendidikan di tingkat individual yang cenderung kognitif-intelektualistik,  perlu diarahkan kembali  sebagai wahana pembelajaran masyarakat, wahana pengembangan pendidikan karakter bangsa, sebagai proses pembangunan kecerdasan, akhlak dan kepribadian warga belajar secara utuh  sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum IPS di Indonesia menurut Waterworth (1997)  menunjukkan bahwa IPS itu terdiri dari pengetahuan sosial, sejarah, geografi, dan ekonomi yang diajarkan berdasarkan pola expanding community (Stopsky and Lee, 1994). Dengan model seperti ini, sesungguhnya pendidikan IPS adalah pengintegrasian, modifikasi, adaptasi  dari pengajaran ilmu-ilmu sosial (terutama sejarah, ekonomi, dan geografi) yang disesuaikan dengan tingkat umur dan perkembangan siswa di sekolah.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.  Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum  sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masayarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok.
Karena perubahan- perubahan dalam kehidupan itulah maka kurikulum pendidikan IPS juga harus mengalami perubahan dan perkembangan, terutama pada pendidikan Sekolah Dasar. Karena pada pendidikan Sekolah Dasaralah semua murid mendapatkan dasar-dasar pelajaran IPS yang kelak akan menjadi bekal dalam jenjang pendidikan berikutnya dan juga bekal dalam bermasayarakat.


a. Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik  yang terkait, misalnya ‘Kegiatan ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contoh yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk  dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis, Kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial di  masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu  menumbuhkan krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.
b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama  
Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masayarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
c.   Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
          Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “Tenaga Kerja Indonesia”. Pada pembelajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor geografi,  ekonomi, sosiologi, dan historis
 

F.  Metode Pembelajaran IPS SD
       Yang dimaksud dengan ilmu sosial itu sendiri adalah studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia. Studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia mengenai cara mereka mengatur hidup, mengenai tata cara hubungan anggota dengan kelompok dan kelembagaan yang mereka perlukan, mengenai berbagai aturan dan nilai dalam kelompok, keterhubungannya dengan ruang, mengenai aktivitas manusia dimasa lampau, kelembagaan dan proses pembinaan generasi muda oleh generasi di atasnya, cara dan aturan main mengenai kekuasaan serta kelembagaan.
         Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget(1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang adalah waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang(kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami(abstrak). Padahal bahan materi pembelajaran IPS penuh dengan pesan-pesan bersifat abstrak. Konsep- konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan(continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep- konsep abstrak dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.          
       Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik. Agar diterima, hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara publik (Welton and Mallan, 1988 : 66-67). 
        Sesuai dengan karasteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative learning model. 

G. Tema- tema Pembelajaran IPS SD
      Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian kita bersama,antara lain :
1. IPS SD sebagai pendidikan nilai (value education), yakni :
· Mendidik nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat.
·    Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa.
· Nilai- nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.
2. IPS SD sebagai pendidikan multikultural, yakni :
·    Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar.
·  Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa.
·    Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.
3. IPS SD sebagai pendidikan global, yakni :
·    Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia.
·     Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa.
·     Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia.
·     Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.
 
H. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS

a.      Perencanaan Pembelajaran IPS

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini.
  1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
  2. Penentuan Topik/tema
  3. Penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator sesuai topik/tema
  4. Pengembangan Silabus
  5. Penyusunan Desain/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut ini :

1.   Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran IPS adalah melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain dengan:
1)   mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu tingkat kelas yang sama; dan
2)    menentukan tema/topik pengikat antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
 
2   2. Penentuan Topik/Tema dan Materi Pokok

Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema dan materi pokok. Topik/tema  dan materi pokok harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS antara lain meliputi hal-hal berikut.
a.  Topik, dalam pembelajaran IPS, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.
b.  Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas atau semester, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan dapat lebih bermakna bagi peserta didik; misalnya, untuk kelas VII disajikan contoh topik/tema yaitu: Kegiatan ekonomi penduduk.
c.     Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Contohnya, Pemberlakuan Otonomi Daerah, Pertumbuhan Industri, Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Penyakit Folio, Penyakit Busung Lapar, Gempa Bumi di Yogyakarta, Masalah semburan lumpur di Sidoarjo.
d.    Materi pokok yang ditentukan merupakan materi yang mencerminkan keterpaduan antar Kompetensi Dasar.

3.  Penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam Indikator 
           Setelah melakukan langkah Pemetaan Kompetensi Dasar, Penentuan Topik/Tema dan materi pokok sebagai pengikat keterpaduan dan langkah selanjutnya adalah mengembangkan indikator. Indikator dikembangkan berdasarkan Kompetensi-kompetensi Dasar dengan memperhatikan materi pokok yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh perumusan Kompetensi Dasar ke dalam berbagai indikator pencapaian dengan tema “Kegiatan Ekonomi Penduduk
Perumusan indikatornya:
·         Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, nonpertanian).
·         Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan.
·     Mendiskripsikan persebaran permukiman penduduk di berbagai bentang lahan dan mengungkapkan alasan penduduk memilih bermukim di lokasi tersebut.
·         Menguraikan kegiatan konsumsi barang dan jasa.
·         Menguraikan kegiatan produksi barang dan jasa.
·         Menguraikan kegiatan distribusi barang dan jasa.

4.   Penyusunan Silabus 
          Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya        dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPS (Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi), Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar, alokasi waktu, dan penilaian.

5    5.   Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Skenario Pembelajaran
       Setelah tersusun silabus, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan. 
6.   Pelaksanaan Pembelajaran
 1.      Kegiatan Pendahuluan (Awal)
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relatif singkat, berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu peserta didik sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas.
2.      Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan nontatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman belajar nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-peserta didik.
3.  Kegiatan Akhir (Penutup) dan Tindak Lanjut 
     Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya menyimpulkan pelajaran dan kegiatan refleksi; melaksanakan penilaian akhir (post test); melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah,  
Penilaian dalam pembelajaran IPS terpadu dalam satu topik/tema mencakup beberapa Kompetensi Dasar. Namun ada Kompetensi Dasar atau indikator yang tidak bisa dipadukan, sehingga harus dibelajarkan dan dinilai secara terpisah. Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. 
a.       Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: (1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan (6) portofolio.
b.      Bentuk Instrumen 
  Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, dan uraian.
·         Nontes: panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, rubrik, dan unjuk kerja.
c.       Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.
  
PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
KONSEP PERENCANAAN
1.  Perencanaan melibatkan proses penentuan tujuan tentang keadaan masa depan yang diinginkan
2.  Pemilihan dan penentuan cara yang akan ditempuh (dari semua alternatif yang mungkin) dan
3.  Usaha mencapai tujuan tersebut
Cunningham mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualiasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Dari pengertian ini menekankan pada usaha menyeleksi dan menggabungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Steller, perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program dan alokasi sumber. Pada teori ini perencanaan menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan. Pada definisi yang lain Robbins menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Dalam definisi ini memiliki asumsi bahwa perubahan selalu terjadi.
KONSEP PEMBELAJARAN IPS
Suatu Proses Kegiatan yang dilakukan guru bagaimana merekayasa anak didik agar melakukan kegiatan belajar, hasilnya tergantung pada anak didik itu sendiri (mengkondisikan)
Beberapa pakar memberikan definisi tentang belajar. Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari instruction yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran merupakan istilah yang baru dalam dunia pendidikan. Konsep pembelajaran merupakan konversi dari istilah proses belajar mengajar selama ini digunakan. Jadi konsep pembelajaran sendiri mengandung unsur belajar dan mengajar.
Menurut Witting belajar adalah perubahan yang relatif menetap, terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Hakikat belajar menurut Hilgard dan Brower dalam Oemar Hamalik adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Adapun menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:
  1. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.
  2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
  3. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
Pembelajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui. Pengetahuan yang dipindahkan tersebut berasal dari dua sumber, yakni: sumber Ilahi dan sumber manusiawi. Pemindahannya dilakukan melalui proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi antara pengajar sebagai katalisator dengan pelajar sebagai katalis. Pelajar secara kontinue menyempurnakan diri sehingga mampu menjadi katalis yang semakin meningkat kemampuannya.
Sejalan dengan pengertian pembelajaran sebagai suatu proses, Abdul Rachman Shaleh mengartikan bahwa: “Proses pembelajaran adalah interaksi yang bernilai positif antara siswa dan pendidik yang bertujuan adanya perubahan ke arah peningkatan kemampuan siswa. Terlaksananya proses pembelajaran yang baik adalah tercapainya efektivitas pembelajaran, dimana siswa merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada hakekatnya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang disebabkan adanya perbuatan yang merupakan hasil dari pengalaman yang dirasakan seseorang.
Pembelajaran menurut Dengeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara inplisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan, serta didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada, kegiatan ini merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Menurut Uno bahwa pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya, agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran, perlunya perencanan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Dalam perbaikan pembelajaran diasumsikan bahwa:
Perbaikan kualitas pembelajaran; ini haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dmungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem; desain pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini disadari bahwa dengan pendekatan sistim akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variable yang mempengaruhi belajar.
Desain pembelajaran melibatkan variable pembelajaran; Desain pembelajaran haruslah mencakup semua variable pembelajaran. Ada tiga variable yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yakni (1) Variable kondisi yang mencakup semua variable yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencanaan pembelajaran. yang termasuk variable ini adalah tujuan pembelajaran, karasteristik bidang studi dan karasteristik siswa. (2) Variable metode pembelajaran yang mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk variable ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan stratgi pengelolaan pembelajaran. (3) Variable hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari pengunaan metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
Desain pembelajaran penetapan metode untuk mencapai tujuan; Menetapkan metode pembelajaran yang optimal adalah inti dari desain pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utamanya adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan variable metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dari hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsif yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode pembelajaran antara lain; (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) Metode pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsiten pada hasil pengajaran.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.   
PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
1. Karena suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau menformalisasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan dapat membedakanarah dalam usaha-usaha pembelajaran agar proses KBM berjalan dgn baik
2. Memudahkan pelaksanaan proses KBM untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan apa yang mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan tersebut.
3.    Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tak terkontrol

Komponen utama dari desain pembelajaran IPS adalah:
  1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
  2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
  3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
  4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
  5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
  6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran IPS
Proses pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicangkan untuk suatu tujuan tertentu, setidaknya adalah tercapainya tujuan instruksional atau tujaun pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan pelajaran. Proses pemebentukan setiap rencana latihan maupun pembelajaran yang baik mulai dengan penentuan tujuan pelajaran yang tepat. Hal ini berlansung dengan mengidentifikasi setiap mata pelajaran pokok atau topik yang harus dicakup untuk mencapai tujuanini. Kemudian pokok-pokok ini harus disesuaikan yang antara yang satu dengan yang lain untuk membentuk pelajaran itu. Perencanaan pengajaran merupakan suatu program yang dipersiapkan untuk mengajar peserta didik dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Perencanaan pembelajaran (Intructional Design) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu: (1) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajran. Dalam perencanaan ini akan menganalsis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakkukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas pengjaran; (2) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan senangtiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya dalam pembelajran; (3) perencanaan pengajaran sebagai sins (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan terhadap situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya; (4) perencanaan pengajaran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang kerjakan perencana mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik; (5) perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan penmbelajaran. Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan denan mengacu pada sistem perencanaan; dan (6) perencanaan penajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dari problem pengajaran.
Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, perencanaan  pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, displin ilmu pengetahuan, realitas, sistem, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengjaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.
Perencanaan pembelajaran IPS  juga perlu memperhatikan keadaan sekolah tempat pembelajaran ini berlangsung. Terutama ketersediaan sarana dan prasarana, kelengkapan dan alat bantu pelajaran menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan pembelajarnmenggunakan bak pasir jika di sekolah tersebut tidak tersedia bak pasir yang diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan mungkin meminta peserta didik untuk mengamati tanaman jika di sekolah tersebut tidak ada kebun sekolah.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran komponen peserta didik perlu mendapat perhatian yang memadai. Agar bahan dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi peserta didik, maka penyusunan skenario program pembelajaran dan keluasan maupun kedalaman bahan ajar perlu disesuaikan kelas yang pandai atau cepat belajar, sedangk dan kelompok kurang atau lambat belajar. Guru dalam menyusun rencana pelajaran harus mendasarkan pada kriteria peserta didik yang akan menerima pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan peserta didik, guru perlu menggunakan metode atau bentuk keiatan mengajar yang bervariasi pula.
Data atau informasi tentang peserta didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan dan perencanaan penyempurnaan pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya disusun dengan berpedoman kepada keadaan, kemampuan, minat dan kebutuahan peserta didik. Hal ini secara nyata dapat diketahui melalui proses dan hasil pengumpulan data. Sebelum menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan pelajaran guru hendaknya mempelajari drulu record peserta didik. Melalui pemanfaatn record tersebut, guru akan emperoleh gambaran umum tentang kondisi dari masalah peserta didik, dengan mengetaui kondisi tersebut guru dapat mengadakan berbagai usahan penyesuaian pelajarn dengan perbedaan individu. Tiap peserta didik mempunyai kemampuan, kondisi decepatan belajar, dana lain-lain yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Jika seorang guru suatu saat memiliki kekuarangan dalam hal-hal tertentu, maka guru yang bersangkutan dituntut untuk belajar meningkatkan kompetensinya baik melalui jalur pendidikan dan latihan maupun belajar mandiri dengan melakkukan diskusi dengan teman sejawat secara intensif. Dalam program semester guru menyususn rencan penyampaian bahan ajar, dab bagab ahr tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh guru baik pangajarn di kelas maupun suatu percobaan yang akan dilaksanakan di laboratorium atau temapt lain yang ditunjuk sebagai tempat belajra peserta didik.
PENTINGNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN IPS
1. Karena suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau menformalisasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan dapat membedakanarah dalam usaha-usaha pembelajaran agar proses KBM berjalan dgn baik
2.   Memudahkan pelaksanaan proses KBM untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan apa yang mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan tersebut.
3.    Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tak terkontrol

Komponen utama dari desain pembelajaran IPS adalah:
  1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
  2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
  3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
  4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
  5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
  6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran IPS
Proses pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicangkan untuk suatu tujuan tertentu, setidaknya adalah tercapainya tujuan instruksional atau tujaun pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan pelajaran. Proses pemebentukan setiap rencana latihan maupun pembelajaran yang baik mulai dengan penentuan tujuan pelajaran yang tepat. Hal ini berlansung dengan mengidentifikasi setiap mata pelajaran pokok atau topik yang harus dicakup untuk mencapai tujuanini. Kemudian pokok-pokok ini harus disesuaikan yang antara yang satu dengan yang lain untuk membentuk pelajaran itu. Perencanaan pengajaran merupakan suatu program yang dipersiapkan untuk mengajar peserta didik dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Perencanaan pembelajaran (Intructional Design) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu: (1) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajran. Dalam perencanaan ini akan menganalsis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakkukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas pengjaran; (2) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan senangtiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya dalam pembelajran; (3) perencanaan pengajaran sebagai sins (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan terhadap situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya; (4) perencanaan pengajaran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang kerjakan perencana mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik; (5) perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan penmbelajaran. Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan denan mengacu pada sistem perencanaan; dan (6) perencanaan penajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dari problem pengajaran.
Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, perencanaan  pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai sebuah proses, displin ilmu pengetahuan, realitas, sistem, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengjaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.
Perencanaan pembelajaran IPS  juga perlu memperhatikan keadaan sekolah tempat pembelajaran ini berlangsung. Terutama ketersediaan sarana dan prasarana, kelengkapan dan alat bantu pelajaran menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar peserta didik. Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan pembelajarnmenggunakan bak pasir jika di sekolah tersebut tidak tersedia bak pasir yang diperlukan tersebut. Guru juga tiak akan mungkin meminta peserta didik untuk mengamati tanaman jika di sekolah tersebut tidak ada kebun sekolah.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran komponen peserta didik perlu mendapat perhatian yang memadai. Agar bahan dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi peserta didik, maka penyusunan skenario program pembelajaran dan keluasan maupun kedalaman bahan ajar perlu disesuaikan kelas yang pandai atau cepat belajar, sedangk dan kelompok kurang atau lambat belajar. Guru dalam menyusun rencana pelajaran harus mendasarkan pada kriteria peserta didik yang akan menerima pelajaran itu. Untuk mengatasi kemampuan peserta didik, guru perlu menggunakan metode atau bentuk keiatan mengajar yang bervariasi pula.
Data atau informasi tentang peserta didik dapat dimanfaatkan untuk penyusunan dan perencanaan penyempurnaan pengajaran. Pengajaran yang baik hendaknya disusun dengan berpedoman kepada keadaan, kemampuan, minat dan kebutuahan peserta didik. Hal ini secara nyata dapat diketahui melalui proses dan hasil pengumpulan data. Sebelum menyiapkan rencana pelajaran, atau satuan pelajaran guru hendaknya mempelajari drulu record peserta didik. Melalui pemanfaatn record tersebut, guru akan emperoleh gambaran umum tentang kondisi dari masalah peserta didik, dengan mengetaui kondisi tersebut guru dapat mengadakan berbagai usahan penyesuaian pelajarn dengan perbedaan individu. Tiap peserta didik mempunyai kemampuan, kondisi decepatan belajar, dana lain-lain yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan pengajaran. Jika seorang guru suatu saat memiliki kekuarangan dalam hal-hal tertentu, maka guru yang bersangkutan dituntut untuk belajar meningkatkan kompetensinya baik melalui jalur pendidikan dan latihan maupun belajar mandiri dengan melakkukan diskusi dengan teman sejawat secara intensif. Dalam program semester guru menyususn rencan penyampaian bahan ajar, dab bagab ahr tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh guru baik pangajarn di kelas maupun suatu percobaan yang akan dilaksanakan di laboratorium atau temapt lain yang ditunjuk sebagai tempat belajra peserta didik.
Manfaat perencanaan pembelajaran IPS
Ada beberapa manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya adalah:
  1. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dicapai.
  2. Oleh karena itu  akan terhindar dari keberhasilan yang sifatnya untung-untungan sebab segala kemungkinan kegagalan sudah dapat diantisipasi oleh guru. Dalam perencanaan, guru harus paham tujuan apa yang akan dicapai, strategi apa yang tepat dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari mana sumber belajar yang dapat digunakan.
  3. Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
  4. Dengan perencanaan yang matang, maka segala kemungkinan dan masalah yang akan timbul dapat diantisipasi sehingga dapat diprediksi pula jalan penyelesaiannya.
  5. Dengan perencanaan yang tepat, maka guru dapat menentukan sumber-sumber belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran sebab saat ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan baik melalui media cetak maupun elektronik.
  6. Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis.
  7. Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Fungsi perencanaan pembelajaran IPS
Perencanaan pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
a.    Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat  meningkatkan dan memperbaiki program.
b.    Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
c.    Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.  
d.    Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal  seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e.    Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f.     Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.
g.    Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara seimbang.
h.    Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.



Karakteristik Perencanaan Pembelajaran IPS  
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan karakteristik perencanaan pengajaran adalah :
  1. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
  2. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
  3. Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
  4. Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.

Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran IPS
Perencanaan pembelajaran IPS adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran berorientasi pada kurukulum dan  mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku.
Pengembangan perencanaan pembelajaran IPS disusun berdasarkan pendekatan sistem, oleh sebab itu didalam perencanaan pembelajaran harus memiliki komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Komponen system pembelajaran digambarkan oleh Brown (1983) sebagai berikut:
a.    Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan proses perencanaan pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan.
b.    Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subyek belajar. Tujuan-tujuan khusus yang direncanakan oleh guru meliputi
1.   Pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif
2.   Sikap dan apresiasi sebagai bidang afektif.
3.   Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik
4.   Kondisi
c.    Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun non fisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan bagi siswa uantuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri. Olehn karena itu, tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa secara individual.
d.    Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa agar dapat memperoleh pengalaman belajar. Didalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. Dalam proses merencanakan pembelajaran, perencanaan harus dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar secara optimal.
e.    Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Pembelajaran IPS
1.    Faktor guru
Guru merupakan komponen yang menentukan, hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Disini guru bisa berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran untuk mengimplikasikan sebagai implementator dan atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada sehingga semuanya di jadikan komponenen-komponen dalam rencana dan desain pembelajaran. Menurut dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas guru yaitu :
·      Teacher formatif experience mengikuti jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka, yang termasuk kedalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru, termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dimana guru itu berasal.
· Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan professional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan,dsb.
·        Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru terhadap siswa, sikap guru terhadap profesinya, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik dalam pengelolaan pembelajaran,termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
2.    Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Menurut Dunkin (1974) faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi:
  • Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat social ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya.
  • Dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
  • Aspek sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran juga merupakan faktor yang memengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
3.    Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancarana proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah,dsb. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,dsb.
4.    Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
    • Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas, organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:
    • Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun.
    • Perbedaan individidu antar anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
    • Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa denga siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dsb.

PROSES PERENCANAAN IPS
  • Tahap Pra-rencana (analisis keadaan/masalah)
    • Diagnosis tentang keadaan sistem (masalah dan kebutuhan)
    • Formulasi tujuan
    • Perkiraan sumber daya dan dana
    • Perkiraan target
    • Identifikasi kendala
  • Formulasi rencana
  • Eksplorasi , Elaborasi, Konfirmasi rencana
  • Implementasi rencana
  • Evaluasi, revisi dan perencanaan ulang


ARAH PERENCANAAN IPS
Perencanaan IPS diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin dapat dicapai pada masa depan, menguji alternatif –alternatif tersebut dan memilih alternatif yang dikehendaki, agar dapat ditentukan pula bagaimana cara mencapainya.
Ilmu yang mempelajari tentang masa depan disebut dengan “ILMU MASA DEPAN” (Futurology). “SKENARIO MASA DEPAN SEBAGAI ARAH PERENCANAAN”
Masa depan dapat diramalkan dengan tiga macam cara:
  • Dengan dasar pertumbuhan tetap, yaitu dengan menggunakan proyeksi sederhana dari masa lampau dan masa datang tanpa mempertimbangkan akibat perubahan-perubahan yang sengaja dilaksanakan oleh generasi sekarang maupun yang akan datang
  • Dengan dasar usaha perubahan yang dilaksanakan oleh genarasi sekarang dan yang akan datang sebagai usaha mereka menjawab tantangan-tantangan.
  • Atas dasar kejadian-kejadian yang mungkin tumbuh misalnya bencana alam, epidemis, keadaan/gerakan politik dsb. Disini dipergunakan teori probabilitas, yang memungkinkan kita meramalkan dengan tingkat ketelitian tertentu probabilitas yang terjadinya lagi peristiwa-peristiwa yang telah lampau.

Definisi Pakar : Perencanaan Pembelajaran IPS
Memahami definisi Perencanaan Pembelajaran IPS dapat dikaji dari kata-kata yang membangunnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan), sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Begitu juga dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary tertulis bahwa perencanaan adalah the act or process of making plans for something (kegiatan atau proses merencanakan sesuatu), dan pembelajaran adalah the act of teaching something to somebody (kegiatan mengajarkan sesuatu kepada seseorang).
erikut definisi tentang perencanaan pembelajaran:
  1. Branch (2002) Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable.
  2. Ritchy Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
  3. Smith & Ragan (1993) Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran. (1999) Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi.
  4. Zook (2000) Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar)

Perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar atau pembelajaran untuk mengembangkan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pendidikan guna pencapaian tujuan pembelajaran


Pengertian Perencanaan Pengajaran IPS

Perencanan Pengajaran IPS adalah kegiatan pertama sebelum dimulainya proses belajar mengajar yang meliputi rumusan tentang apa yang akan diajarkan pada siswa, bagaimana mengajarkannya, dan seberapa besar siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika mereka sudah menyelesaikan proses pembelajaran.

Perencanaan IPS dibuat agar kegiatan belajar mengajar dapat dioptimalkan, Oleh karena itu pengajar di lembaga pendidikan atau pelatihan harus menyadari hal ini demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Bagi guru pemula bermanfaat untuk melatih diri dalam rangka mempersiapkan rencana pembelajaran yang maksimal sesuai dengan kurikulum.

Dengan mempelajari Perencanaan Pengajaran berarti setiap guru mampu mendesain program pengajaran yang kreatif baik untuk pendidikan formal maupun non formal.

Sudut Pandang perencanaan pembelajaran IPS
Konsep perencanaan pembelajaran IPS dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
  1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
  2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu system
  3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin.
  4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
  5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
  6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas

Dimensi - dimensi Perencanaan Perencaan Pembelajaran
Berbicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni nerkaitan dengancakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi Perencanaan Pembelajaran itu menurut Harjanto (1997 : 5) memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni:
  1. Signifikansi
  2. Feasibilitas.
  3. Relevansi.
  4. Kepastian.
  5. Ketelitian.
  6. Adaptabilitas.
  7. Waktu.
  8. Monitoring

PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Sebelum berbicara lebih jauh tentang Prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, alangkah baiknya perlu kita ketahui terlebih dahulu prinsip-prinsip belajar dan mengajar dalam rangka  untuk pengembangan pembelajaran, antara lain :
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses Belajar mengajar sanagt dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan kegiatan belajar.
Artinya kondisi fisik/psikis (jasmani/mental) individu yang memungkinkan subyek dapat melakukan belajar.
2.   Prinsip Motivasi (motivation)
Tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tutjuan   tertentu  (morgan,1986)
Peserta didik memiliki motivasi :
1)      Akan bersungguh-sungguh
2)      Berusaha keras dan meluangkan waktu cukup
3)      Terus bekerja sampai tugas-tugas selesai
       Sumber motivasi :
1)      Motivasi instrinsik
2)      Motivsi ekstrensik
3.  Prinsip perhatian
Merupakan strategi kognitif yang mencakup 4 Ketrampilan :
1)  Berorientasi pada suatu masalah
2)  Meninjau sepintas isi masalah
3)  Memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan
4)  Mengabaikan semuah yang tidak relevan
4.  Prinsip persepsi
Adalah suatu proses yang bersifat komplek yang menyebabkan orang dapat menerima /meringkas informasi yang di peroleh lingkungannya.
5.  Prinsip retensi
Adalah apa yang tertinggal dan dapat di ingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Prinsip-prinsip retensi :
1)  Isi pembelajaran yang bermakna akan lebih mudah di ingat di bandingkan dengan isi pembelajaran yang tidak bermakna.
2)  Benda yang jelas dan kongkrit akan lebih mudah di ingat.
3)  Isi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau serangkaian kata-kata yang mempunyai kekuatan asosiatif.
4)  Tidak ada perbedaan antara retensi dengan apa yang telah di pelajari peserta didik yang mempunyai berbagai tingkatan IQ
Cara-cara meningkatkan retensi belajar
1. Usahakan isi pembelajaran di susun dengan baik dan bermakna
2. Pembelajaran dapat di bantu denganjembatan keledai ( mac monic)
3. Berikan resitasi .
4. Susun dan sajikan konsep yang jelas
5. Berikan latihan pengulangan terutama untuk pembelajaran ketrampilan motorik
6. Prinsip transfer
Suatu proses di mana sesuatu yang pernah di pelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesutu yang baru.
Lebih jelasnya adalah pengaitan pengetahuan yang sidah di pelajari dengan pengatahuan yang baru di pelajari.
     Bentuk-bentuk transfer
1.  Transfer positif
2.  Transfer negatif
3.  Transfer nol

Pembelajaran dulunya pengajaran = upaya untuk mempelajarkan siswa(degeng.  1989)
Konsep pembelajaran mengandung implikasi
I.    Perlu di upayakan agar menjadi proses belajar mengajar yang interaktif antara peserta didik dan sumber belajar yang di rencanakan
II.   Di tinjau dari sudut peserta didik mengandung makna bahwa terjadi proses internal interaksi antara seluruh potensi individu dengan sumber-sumber belajar yang dapat berupa pesan-pesan ajaran.
III. Di tinjau dari pemberi rangsangan mengandung makna pemilikan penetapan dan pengembangan metode pembelajran yang memberikan kemunglki baiknan masing-masing

Adapun Kriteria dalam penyusunan perencanaan pembelajaran harus memegang prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu :
1.   Signifikansi, artinya kebermaknaan, bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
2.    Relevan, artinya sesuai, bahwa perencanaan pembelajaran yang kita susun memiliki kesesuaian baik internal maupun eksternal.
3.    Kepastian, artinya sesuatu yang dijadikan pedoman dalam perencanaan pembelajaran bersifat pasti, tidak lagi memuat lalternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi langkah-langkah pasti sehingga dapat meminimalisir persoalan yang timbul secara tak terduga.
4.   Adaptabilitas, artinya bersifat lentur atau tidak kaku, bahwa perencanaan pembelajaran disusun untuk diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi.
5.    Kesederhanaan,artinya perencanaan pembelajaran mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan.
6.    Prediktif, artinya perencanaan pembelajaran memiliki daya ramal yang sangat kuat.

Prosedur perencanaan pembelajaran IPS
Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :
  • Merumuskan tujuan Pembelajaran, adapun rumusan tujuan pembelajaran, harus meliputi pengembangan aspek domain kognitif, afektif, dan domain psikomotorik.
  • Pengalaman belajar   
  • Kegiatan belajar mengajar
  • Orang-orang yang terlibat
  • Bahan dan alat
  • Fasilitas fisik
  • Perencanaan Evaluasi dan pengembangan

Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran IPS
Lebih jelas di paparkan oleh Slameto (1991:47) bahwa prosedur pengembangan rancangan pembelajaran meliputi :   
a.  Kaji dan pahami baik-baik tujuan kurikulum.
b.   Kenali dan pahami karakteristik siswa yang mengikuti pelajaran, meliputi :
1.    kemampuan awal siswa
2.    karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan
3.    Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang
c.   Renungkan kembali dan buat analisa. 
d.   Rumuskan Tujuan Instruksional Umum dan Khususnya. 
e.   Susun Alat Evaluasi.  
f.    Memanfaatkan Buku Sumber
g.   Pemilihan Materi berdasarkan karakteristik tertentu.
h.   Rancang Strategi Belajar mengajar

Isi / Muatan Perencanaan Pembelajaran IPS
Isi perencaan merujuk pada hal - hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat :
1. Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara mengorganisasiaktivitas belajar dan layanan - layanan pendukungnya
2. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan ± layanan pendukungnya.
3.  Tenaga manusia, yakni mencakup cara mengembangkan prestasi,spesialisasi, perilaku, kompetensimaupun kepuasan mereka.
4.   Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaane.
5.  Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusidan kaitannya dengan pengembangan psikologis.
6. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi danmanajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikanyang direncanakan.
7. Konteks social atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkandalam perencanaan pengajaran

Hidayat (1990 : 11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkandalam perencanaan pembelajaran antara lain :
  1. Memahami kurikulum
  2. Menguasai bahan ajar
  3. Menyusun program pengajaran
  4. Melaksanakan program pengajaran
  5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Manfaat Perencanaan Pembelajaran IPS
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya.
Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
1.    Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2.   Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yangterlibat dalam kegiatan
3.    Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik untuk guru maupun unsur murid
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahuiketepatan dan kelambatan kerja
5.    Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6.    Untuk menghemat waktu, tenaga, alat ± alat dan biaya


Apa Alasan Guru Membuat Perencanaan Pengajaran IPS?

Perencanaan pengajaran yang adalah membuat suatu perencanaan pembelajaran dengan memperhatikan beberapa aspek, di antaranya: Psikologi perkembangan peserta didik, landasan pendidikan, pengembangan kurikulum, strategi belajar mengajar, media pendidikan, evaluasi pendidikan dan sebagainya, tentiunya tidak lepas dari penguasaaan bidang studi sebagai bahan ajar sesuai dengan keahliannya. Hal ini berarti bahwa perencanaan pengajaran tidak dapat dilakukan tanpa dasar dan tidak mudah. Orang yang profesionalah yang dapat melakukannya. Dengan demikian seorang yang Bentuk hasil perencanaan pengajaran berupa kosep, yang dalam implementasinya dapat melibatkan guru dengan atau tanpa media, atau dengan media tanpa keterlibatan yang berarti dari guru, (misalnya pengerjaan berprogram modul, computer assisted instruction (CAI) dan sebagainya).

Faktor-Faktor Apa Saja yang Harus Dipertimbangkan Dalam Membuat Perencanaan Pengajaran IPS
Perencanaan pengajaran hasilnya dapat bervariasi dilihat dari berbagai aspek atau berbagai aspek mempengaruhi timbulnya variasi hasil perencanaan pengajaran. Hal tersebut dapat terjadi oleh dua faktor. yaitu faktor perencana dan faktor luar perencana.

Faktor-faktor dari perencana yang berpengaruh adalah kepribadian dan penguasaaan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam membuat perencanaan. Kepribadian perencana yang mungkin berpengaruh adalah pandangan/persepsi perencana tetang pendidikan, belajar, siswa, mengajar, perencanaan pengajaran dan sebagainya, tipe kepemimpianan (“lezzis fair, demokrasi, otoriter”).

Sementara itu, penguasaaan perencana terhadap ilmu-ilmu atau konsep-konsep yang diperlukan dalam membuat perencanaan pengajaran, misalnya: penguasaan bidang studi (keluasan, kedalaman), pemahaman terhadap tujuan pendidikan dan pengajaran, landasan-landasan pendidikan, teori belajar, psikologi pendidikan,  pengembangan kurikulum, strategi belajar, evaluasi pendidikan dan sebagainya.

1. Pengertian  perencanaan pengajaran IPS
Perencanaan Pengajaran  IPS adalah suatu proses yang sistematis dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu.

2. Masalah-masalah pokok dalam perencanaan pengajaran IPS
Beberapa permasalahan pokok yang harus diperhatikan dan dicarikan solusi pemecahannya yaitu:
a.    Masalah Arah atau Tujuan
Masalah yang sering terjadi dalam penentuan arah atau tujuan pengajaran adalah : rumusan masalah yang dibuat oleh guru terlalu luas dan tidak operasional, sehingga sulit diukur dan diobservasi yang berakibat tujuan pengajaran tidak dipahami oleh siswa.
b.    Masalah Evaluasi
Masalah yang muncul dalam evaluasi, berkisaran antara lain : Prosedur evaluasi yang tidak dikenal oleh siswa yang berakibat evaluasi yang dilaksanakan tidak adil, dan memuaskan para siswa. Rumusan instrumen penilaian tidak jelas, alat penilaian di buat secara sembarang, kurang atau tidak memenuhi syarat validitas, serta tingkat reliabilitas yang rendah. Tingkat daya pembeda soal yang kurang baik yaitu tidak dapat membedakan mana siswa pintar dan mana siswa yang kurang pintar.
c.    Masalah Isi dan Urutan Materi Pelajaran
Masalah yang muncul adalah bagaimana memilah-milah mana materi pelajaran yang harus didahulukan penyajiannya secara runtun, logis dan sistematis. Lalu apabila materi pelajaran yang disajikan tidak serasi dan tidak terorganisasi dengan baik maka akibatnya terjadi kegagalan dalam menyampaikan uraian materi pelajaran. Penyebab kegagalan penyampaian materi disebabkan guru membuat instrumen penilaian yang isinya menghendaki jawaban materi pelajaran yang sebenarnya belum atau tidak diajarkan.
d.    Masalah Metode
Masalah yang berkaitan dengan metode pengajaran adalah kurang atau tidak tepat sasaran dalam pemilahan metode yang digunakan, bersifat monoton dan tidak sesuai dengan tujuan, strategi, model serta pendekatan pengajaran yang digunakan.
e.    Hambatan-hambatan
Hambatan-hambatan bisa datang dari siswa (kurangmampu mengikuti pelajaran, memiliki perbedaan indvidual), dari guru (kurang berminat mengajar), faktor institusional (terbatasnya ruang kelas, laboratorium serta alat-alat peraga).


Langkah-langkah menyusun perencanaan pengajaran IPS

a.    Menetapkan Misi dan Tujuan
Dalam pendidikan misi dan tujuan pengajaran mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pengajaran atau tujuan instruksional baik umum maupun khusus (standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil belajar).
b.    Diagnosa Hambatan dan Peluang
Diagnosa hambatan dan peluang termasuk kedalam bagian dari analisis SWOT (Strengths Weakness Opportunities Threats). Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi suatu lembaga  atau organisasi. Analisis SWOT bila diterapkan secara akurat akan membawa keberhasilan suatu program kegiatan yang direncanakan.
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan madrasah. Ancaman merupakan situasi-situasi penting yang tidak menguntungkan bagi lembaga dan merupakan gangguan terhadap eksistensi lembaga di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Ancaman terhadap lembaga pendidikan Madrasah bisa datang dari pesaing baru, kebijakan pemerintah, kondisi makro serta mikro ekonomi yang sulit dan kesadaran yang rendah dari masyarakat tentang pentingnya pendidikan Madrasah.
c.    Menilai Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan adalah sumber daya yang dimiliki baik sumber daya personal maupun sumber daya material, maupun sumber daya keuangan. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki lembaga yang berkaitan dengan sumber daya manusia dengan kualitas dan kapabilitasnya, sumber daya material yang terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya, sumber daya keuangan yang terbatas, serta kecintaan dan loyalitas yang kurang baik dari guru, pegawai maupun siswa.
d.    Mengembangkan Tindakan Alternatif
Setelah analisis SWOT maka kepala sekolah dan guru membuat perencanaan pengajaran harus dapat memilih alternatif tindakan dan langkah-langkah yang terbaik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
e.    Mengembangkan Rencana Strategi
Dalam perencanaan pengajaran strategi yang dikembangkan adalah strategi pengajaran. Strategi pengajaran adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen pengajaran (tujuan, bahan, metode, alat, sumber serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam ranga mencapai tujuan belajar dan pengajaran yang telah ditetapkan.
f.     Mengembangkan Rencana Strategi
Pengembangan rencana strategi pengajaran dilakukan dengan membuat model pengembangan sistem pengajaran. Model pengembangan merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam melakukan pengajaran yang meliputi dua dimensi yaitu dimensi rencana dan dimensi proses yang nyata.
Dimensi rencana : prosedur dan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan dalam mempersiapan proses belajar mengajar. Dimensi proses yang nyata : interaksi belajar mengajar yang berlangsung di kelas.
g.    Mengembangkan Rencana Operasional
Diawali dengan melakukan analisis materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, analisis terhadap kalender pendidikan, pembuatan program tahunan, program semester serta pembuatan silabus dan sistem penilaian.

Macam macam perencanaan pengajaran IPS
Perencanaan termasuk perencanaan pengajaran dapat dilihat dari beberapa  segi:
Berdasarkan jangka waktu dapat di bedakan lagi menjadi :
1)        Perencanaan Jangka Panjang
Rencana jangka panjang adalah perencanaan yang meliputi kurun waktu 10, 20, atau 25 tahun. Parameter atau ukuran keberhasilannya bersifat sangat umum, global dan tidak terperinci. Namun demikian perencanaan jangka panjang dapat memberi arah untuk jangka menengah dan jangka pendek.
2)        Perencanaan Jangka Menegah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dilaksanakan dalam kurun waktu antara 4-7 tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan penjabaran dari perencanaan jangka panjang dan perlu dijabarkan dalam perencanaan jangka pendek.
3)        Perencanaan Jangka Pendek
Merupakan perencanaan dengan kurun waktu antara 1 sampai 3 tahun dan merupakan penjabaran dari perencanaan jangka menengah.

Berdasarkan luas jangkauannya.
Dibedakan pula menjadi :
1)   Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang bersifat menyeluruh (umum) dan bersifat nasional.
2)   Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro adalah perencanaan yang memiliki ruang lingkup terbatas, hanya untuk satu institusi. Perencanaan ini lebih rinci, konkrit dan operasional dengan memperhatikan karakteristik lembaga, namun tidak boleh bertentangan dengan perencanaan makro atau nasional.

Perencanaan Dilihat dari Telaahnya
Dibedakan menjadi :
1)   Perencanaan Strategis
Merupakan rencana yang berkaitan dengan kegiatan menetapkan tujuan, pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan. Biasanya diambil oleh pucuk pimpinan yang kadang kurang didukung oleh data-data statistik
2)   Perencanaan Manajerial
Merupakan perencanaan yang ditujukan untuk menggerakan dan mengarahkan proses pelaksanaan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam perencanaan ini sudah lebih terperinci dan didukung data-data statistik.
3)   Perencanaan Operasional
Merupakan rencana apa yang akan dikerjakan dalam tingkat pelaksanaan di lapangan. Perencanaan ini bersifat konkret dan spesifik serta berfungsi memberikan petunjuk teknis mengenai aturan, prosedur serta ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan.

Karakteristik perencanaan pengajaran
Menurut Banghart dan Trull dalam Harjanto ada beberapa karakteristik perencanaan pengajaran yaitu :
a.    Merupakan proses rasional.
b.    Merupakan konsep dinamik.
c.    Terdiri dari beberapa aktivitas.
d.    Berkaitan dengan pemilihan sumberdana, sehingga mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah pengunaan dan salah dalam manajemennya.

Dimensi-dimensi perencanaan pengajaran
Merupakan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Dimensi perencanaan pengajaran meliputi :
a.    Signifikansi
Merupakan tingkat kekuatan atau pengaruh serta ketergantungan antara tujuan pendidikan yang diajukan dengan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.
b.    Feasibilitas
Bahwa dalam perencanaan pengajaran harus disusun dengan pertimbangan realitas dengan sumber-sumber pembiayaan serta pertimbangan-pertimbangan lainnya yang bersifat realisitik untuk dicapai.
c.    Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian masalah-masalah secara lebih spesifik dan mendetail serta tercapai tujuan spesifik secara optimal sesuai waktu yang telah ditetapkan.
d.    Kepastian
Konsep kepastian mengarahkan agar dalam perencanaan pengajaran perlu mempertimbangkan serta memilih hal-hal yang sifatnya pasti dan dapat dilaksanakan.
e.    Ketelitian
Yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana dengan mempertimbangkan pengambilan keputusan dari alternatif yang terbaik dan efektif serta efisien untuk dilaksanakan.
f.     Adaptabilitas    
Karena dunia pendidikan dan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi yang terbaru sebagai umpan balik
g.    Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu harus diperhatikan, baik untuk prediksi jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
h.    Monitoring  
Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen perencanaan pengajaran berjalan dan dikembangkan secara efektif dengan berbagai variasi.

Isi Perencanaan
Perencanaan yang baik perlu memuat :Tujuan apa yang diinginkan.
1)        Program dan layanan.
2)        Tenaga manusia.
3)        Keuangan.
4)     Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara pengunaan pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis.
5)        Struktur organisasi.
6)  Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
7)        Manfaat dan pentingnya perencanaan pengajaran

Banyak manfaat yang diperoleh dari perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
  1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
  2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
  3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
  4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
  5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
  6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Perencanaan memiliki arti penting sebagai berikut :
  1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
  2. Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (fore-casting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.
  3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik (the best alternatif) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination).
  4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
  5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.

Sementara faktor luar dari perencana yang juga mempengaruhi perencanaan meliputi:
  1. Tingkat lembaga pendidikan (SD, SMP. SMU).
  2. Macam jenis pendidikan (formal, non formal).
  3. Pesan-pesan yang terkandung dalam kurikulum (pembentukan karakteristik tertentu dari peserta didik).
  4. Kaidah-kaidah pendidikan, teori belajar yang dijadikan acuan (mementingkan produk atau mementingkan proses).
  5. Peserta didik (karakteristik peserta didik).
  6. Tingkat dan jenis tujuan (aspek dari kompetensi) yang ingin dicapai.
  7. Tipe-tipe materi pelajaran misalnya, teori (berupa fakta, konsep dan prinsip), hitungan, gambar atau praktek (praktek untuk mempertinggi pemahaman atau untuk menghasilkan skill).
  8. Tipe-tipe belajar.
  9. Prinsip-prinsip mengajar yang dipergunakan.
  10. Sarana yang tersedia.
  11. Kondisi umum, dan lain-lain.

Pertimbangan  yang memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni :
1.  Signifikasi. Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Dalam mencapai tujuan itu, mengambil keputusan perlu mempunyai garis pembimbing yang jelas dan mengajukan criteria evaluasi sekali keputusan telah diambil dan tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan dapat mengadakan evaluasi kontribusi perencanaan, dan signifikasi dapat ditentukan berdasarkan kreteria-kreteria yang dibangun sesame proses perencanaan.
2.   Feasibilitas. Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran. Salah satu faktor penentu adalah otoritas political yang memadai, sebab dengan itu feabisibilas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistic.
3.   Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara opimal.
4.   Kepastian atau definitiveness. Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebutulan dapat dimasukan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan agar sebanyak mungkin hal-hal tersebut dimasukan dalam pertimbangan. Penggunaan teknik atau metode simulasi sangat menolong mengantipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian menimbulkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5.   Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitive kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen. Dalam penerapan prinsip ini berarti diperlukan waktu yang lebih banyak dalam menggali beberapa alternative, sehingga perencanaan dan mengambil keputusan dapat mempertimbangkan alternative mana yang paling efisien.
6.   Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamik, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik atau balikan. Kalau perencanaan pengajaran sudah lengkap, penyimpangan-penyimpangan sedah semakin berkurang dan aktivitas-aktivitas spesifik dapat ditentukan. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan pengajaran yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
7.   Waktu. Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memperediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan pendidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8.   Monitoring atau pemantauan. Termasuk di dalamnya adalah mengembangkan kreteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. Ukurannya dibangun untuk selama pelaksanan pengajaran, namun perlu diberi pertimbangan tentang toleransi terbatas atas penyimpangan perencanaan. Menjamin agar pelaksanaan dapat mulus, perlu dikembangkan suatu prosedur yang memungkinkan perencanaan pengajaran menentukan alasan-alasan mengadakan variasi dalam perencanaan.
9.   Isi perencanaan. Dimensi terakhir adalah hal-hal yang akan direncanakan.


Perencanaan pengajaran IPS yang terbaik perlu memuat :
  1. Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
  2.  Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
  3. Tenaga manusia, yakni mencangkup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.
  4. Bangunan fisik mencangkup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan bangunan fisik lain.
  5. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
  6. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
  7. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
Dalam buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu:
Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan.
Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.
Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih.

Komponen Perencanaan Pembelajaran IPS
Menurut buku yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar” karya Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari:
1.    Tujuan (Objective)
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan elat evaluasi.
2.    Bahan Pelajaran (Material)
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
3.    Metode (Method)
 Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah  ditetapkan.
4. Alat (Media)
    Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan 
    pengajaran. Misalnya: bagan, grafik, komputer, OHP, dan lain-lain.
5. Evaluasi (Evaluation)
     Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya,    
    yang   bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil 
    belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. 
    Misalnya: tes tulis, lisan, praktek, dan lain-lain.

Pentingnya Perencanaan Pembelajaran IPS
Meminjam kata-kata singkat tapi sangat esensial dari buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa inti proses pendidikan adalah pembelajaran. Inilah aktivitas rutin yang dilakukan guru sehari-hari. Agar program yang mereka lakukan lebih terarah, mereka musti tahu kurikulum yang dirilis pemerintah. Informasi dari kurikulum itulah sebagai bahan mereka untuk menyusun silabus dan rencana pembelajaran. Guru selayaknya dapat memahami tentang semua aktivitas teknik menyangkut pembelajaran secara baik. Tidak hanya itu, penting juga informasi tentang standar kompetensi yang seharusnya dimiliki guru sendiri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan perencanaan pembelajaran yang baik. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan bahwa perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Salah satu lembaran kertas mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul majid mengemukakan beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.    Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
3.    Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
4.  Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
5.    Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6.    Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

Melihat manfaat di atas, maka perencanaan pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh para guru, sesuai tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien.
Perencanaan pengajaran IPS adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dikerjakan oleh setiap guru ataupun calon guru. Jadi perencanaan pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum mengajar didalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi pengajaran (interaksi guru-murid) tertentu yang khusus, baik yang berlangsung di dalam kelas ataupun diluar kelas. Makin baik dipikirkan, maka makin baiklah persiapan perencanaan pengajaran itu, sehingga bisa diharapkan makin baik pula dalam pelaksanaannya.
Semua perencanaan yang baik adalah suatu proses pertumbuhan. Pada mulanya suatu konsep hanya samar-samar, lambat laun berkat pemikiran yang matang maka konsep itu makin jelas dan terperinci. Setiap perencanaan harus bersifat fleksibel (bisa berubah-ubah) sehingga ada usaha untuk selalu memperbaiki dan mempertinggi mutu pengajarannya.
Mengajar itu sebenarnya merupakan juga suatu “seni” dan sebagaimana kesenian yang lain harus pula selalu dikembangkan dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tekun untuk mencapai taraf dan mutu yang lebih baik.
Perencanaan Pembelajaran IPS
Pembahasan tentang pentingnya Perencanaan Pembelajaran dapat dilihat dalam bentuk skema berikut ini:



Peran penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh seorang guru atau sebaliknya. Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya:
1.   Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, sehingga memungkinkan target penyampaian materi yang berdasarkan Standar Kompetensi akan tercapai secara optimal, bahkan memungkinkan siswa lulus ujian dengan skor yang terbaik.
2. Guru akan menguasai materi yang akan disampaikan dengan baik dan cara penyampaiannya,
3.   Guru akan mempunyai metode yang tepat dalam pengajarannya, sehingga materi akan mudah dipahami oleh siswa.
4.   Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat, sehingga memungkinkan siswa sangat tertarik terhadap materi yang disampaikan.
5.   Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa, bahkan memungkinkan para siswa dapat menjawab semua soal dengan tepat.

Berdasarkan lima kemungkinan positif di atas, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa proses belajar mengajar dengan perencanaan pembelajaran yang baik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan ini akan mendorong siswa dan guru untuk mengembangkan prestasinya di bidang pendidikan lebih baik lagi.
Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru tidak melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya:
a.     Guru tidak akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, sehingga memungkinkan target penyampaian materi yang berdasarkan Standar Kompetensi tidak akan tercapai, bahkan memungkinkan siswa tidak lulus dalam ujian.
b. Guru tidak menguasai materi yang akan disampaikan dengan baik dan cara penyampaiannya, sehingga selain materi akan sulit dipahami oleh siswa, juga akan memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan, baik dalam materi maupun penyampaiannya.
c.  Guru tidak akan mempunyai metode yang tepat dalam pengajarannya, sehingga memungkinkan akan menghambat daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan.
d.  Guru tidak memiliki pemilihan media yang tepat, sehingga memungkinkan siswa mengalami kejenuhan karena kurangnya daya kreativitas guru dalam mengajar.
e.  Guru tidak akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa, bahkan memungkinkan para siswa tidak dapat menjawab soal-soal dengan tepat (mungkin juga mendapatkan skor di bawah standar minimal).

Berdasarkan lima kemungkinan negatif di atas, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa proses belajar mengajar tanpa perencanaan pembelajaran yang baik tidak akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kegagalan ini akan menimpa pada siswa dan guru dalam mengembangkan prestasinya di bidang pendidikan.

Kedudukan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran IPS
Salah satu instrument atau alat yang harus dipenuhi yaitu adanya perencanaan pembelajaran yang dibuat sebelum pembelajaran dimulai. Melalui perencanaan yang telah disiapkan, setiap guru ketika akan mengajar akan menyesuaiakan dengan tahap-tahap kegiatan yang tertera dalam perencanaan. Pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah atau aturan tertentu secara professional dan proporsional, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, logis, wajar, sistematis, efektif dan efisien. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran memiliki fungsi dan kedudukan yang sentral dalam suatu sistem pembelajaran, dan oleh karenanya merencanakan pembelajaran termasuk kedalam salah satu tuntutan kompetensi, terutama terkait dengan kompetensi professional yang harus dikuasai dan dimiliki setiap guru, baik guru pemula maupun guru yang sudah senior sekalipun.
      
Kedudukan Perencanaan Pembelajaran IPS
Robert H. Davis mengidentifikasi lima tipe permasalahan pembelajaran, sehingga oleh karenanya memerlukan perencanaan pembelajaran yang matang, yaitu:
a.  Direction; yang dimaksud adalah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.
b.    Content and sequence; yaitu bahwa untuk mencapai setiap unsure tujuan dari masing-masing kawasan yang menjadi sasaran pembelajaran, tentu saja diperlukan adanya materi pembelajaran.
c.    Methods; yaitu untuk mengkomunikasikan materi kepada siswa agar mencapai tujuan sangat ditentukan pula oleh ketepatan memilih dan menggunakan metode pembelajaran
d. Constrains; yaitu batasan yang jelas sumber-sumber pembelajaran yang akan digunakan dan mendukung terhadap proses pembelajaran. Robert H. Davis mengklasifikasikan sumber-sumber kedalam tiga bidang besar yaitu: sumber-sumber manusia (human), sumber kelembagaan (institusional), dan sumber pembelajaran (instructional).
e.    Evaluation; yaitu penilaian sebagai salah satu cara untuk memberikan harga atau nilai terhadap objek yaitu siswa.

Perencanaan pembelajaran IPS meliputi beberapa aspek sebagi berikut:
1.   Tujuan pembelajaran, mencakup unsur-unsur tujuan yang luas yaitu meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan termasuk setiap unsur yang ada di dalamnya.
2.   Materi pembelajaran,  yaitu meliputi cakupan atau ruang lingkup dan urutannya, harus direncanakan secara akurat dan terkontrol sesuai dengan unsur-unsur tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
3.   Metode dan sumber pembelajaran, sudah diidentifikasi dengan jelas, dan dipilih serta ditetapkan metode dan sumber pembelajaran apa selain terkait dengan tujuan dan materi, juga yang dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar.
4. Penilaian, yaitu jenis, bentuk atau model penilaian yang akan digunakan harus direncanakan secara akurat sehingga dari penilaian yang memenuhi persyaratan dapat memberikan informasi yang akurat pula terhadap proses maupun hasil pembelajaran.

Secara lebih spesifik fungsi perencanaan pembelajaran IPS dikemukakan oleh Kostelnik sebagai berikut:
1.  Mengorganisir pembelajaran; yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan pembelajaran agar tertata secara teratur, logis, sistematis, untuk memudahkan melakukan proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.
2. Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu melalui perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif. Dengan demikian proses pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang monoton atau terjadi secara rutinitas.
3.  Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui perencanaan, sarana dan fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana mengelolanya agar terjadi kegiatan pembelajaran yang lebih efektif.
4. Memetakan indicator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui perencanaan yang matang, guru sudah memiliki data tentang sejumlah indicator yang harus dikuasai oleh siswa dari setiap pembelajaran yang dilakukannya.
5.  Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih spesifik; yaitu melalui perencanaan, hal-hal penting yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang dimiliki siswa akan teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang dianggap tepat untuk meresponnya.
6. Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran terhadap pihak-pihak terkait langsung maupun dengan masyarakat.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Perencanaan IPS adalah :
1. Perencanaan pembelajaran adalah proses mengatur dan mengelola setiap unsur pembelajaran (tujuan, isi, metode, media dan sumber, serta evaluasi) sehingga menjadi suatu sistem perencanaan pembelajaran yang utuh dan terintegrasi.
2. Perencanaan pembelajaran adalah adalah proses proses penjabaran dari suatu kurikulum kadalam bentuk operasional pembelajaran.
3.    Perencanaan pembalajaran berfungsi sebagai alat pengendali sekaligus kontrol dalam setiap kegiatan pembelajaran.
4.  Perencanaan pembelajaran adalah rambu-rambu untuk dijadikan dasar beraktivitas dalam setiap melaksanakan proses pembelajaran.
5. Secara lebih luas perencanaan pembelajaran adalah proses memprogram pengembangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 

Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a.    Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship);
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b.    Kedekatan (proxmity);
bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c.    Kesamaan (similarity);
bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d.    Arah bersama (common direction);
bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e.    Kesederhanaan (simplicity);
bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
f.     Ketertutupan (closure)
bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

           Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima. Esensi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.    Pengalaman tilikan (insight);
bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.    Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.    Perilaku bertujuan (pusposive behavior);
bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.    Prinsip ruang hidup (life space);
bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e.    Transfer dalam Belajar (Transfer Knowledge)
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
f.     Penekanan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Prinsip - prinsip Pengembangan Silabus
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatkan para pengembang silabus, yakni:a.
  1. Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatandalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secarakeilmuan.
  2. Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembanganfisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik..
  3. Sistematis, yakni komponen - komponen silabus saling berhubungansecara fungsional dalam mencapai kompetensi.
  4. Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asa) antara kompetensi
  5. Memadai, maksudnya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
  6. Aktual dan kontekstual, yakni cakupan indikator , materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatkan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
  7. Fleksibel, maksudnya keseluruhan komponen silabus dapatmengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.
  8. Menyeluruh, maksudnya komponen mencakup keseluruhan ranahkompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

Komponen dan Format Silabus
Komponen Silabus memuat sekurang - kurangnya komponen - komponen berikut ini :
  1. Identifikasi
  2. Standar Kompetensi
  3. Materi Pokok
  4. Pengalaman Belajar
  5. Indikator
  6. Penilaian
  7. Alokasi Waktu
  8. Media (sumber/bahan/alat)
Komponen dan Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Setelah silabus tersusun, langkah berikutnya adalah penyusunan RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan penjabaran dari silabus.RPP disusun untuk setiap kali pertemuan oleh guru. Di dalam RPP tercerminkegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensiyang telah ditetapkan. RPP minimal memuat komponen ± komponensebagaimana berikut :
  1. Tujuan Pembelajaran
  2. Materi Ajar
  3. Metode Pembelajaran
  4. Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
  5. Penilaian Hasil Belajar

Analisis Sumber Belajar & Media Pembelajaran IPS
Sumber Belajar (Media Pembelajaran)´. Pada poin ini hendaknya dilakukan analisis terhadap pertimbangan - pertimbangan pemilihan media sebagaimana telah dibahas pada bab terdahulu, yakni meliputi :
(1) deskripsi singkat tentang karakterisistik siswa;
(2) analisis tujuan (meliputi kognitif,afektif, psikomotorik);
(3) analisis bahan ajar yang biasanya menuntut berbagaiaktivitas siswa;
(4) ketersediaan atau pengadaan media pembelajaran.

Sifat Bahan Ajar IPS
Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingindilakukan siswa. Tugas - tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari parasiswanya.Banyak jenis aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut aktivitas siswa. Ada delapan aktivitas belajar siswa disekolah di antaranya :
1.    Visual Activities
yang termasuk di dalamnya adalah membaca,memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain
2.    Oral Activities,
seperti menyatakan, bertanya, member saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi
3.    Listening Activities,
sebagai contoh mendengarkan uraian, diskusi
4.    Writing Activities,
seperti menulis poin ± poin yang penting di dengarnya,menulis karangan
5.    Drawing Activities,
seperti menggambar, membuat grafik, peta
6.    Motor Activities
antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksimodel, mereparasi, beternak, berkebun
7.    Mental Activities
 menanggapi, mengingat, memecahkan soal
8.    Emotional Activities
seperti merasa bosan, berani, tenang, gugu

Bahan Ajar IPS disusun untuk :
  1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
  2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
  3. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar Bahan Ajar dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori :
  1. Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
  2. Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
  3. Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara sumber .
  4. Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau lebihmedia yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau perilakualami dari suatu presentasi
Fungsi & Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh - pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran padatahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keeftifan proses belajar mengajar.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran IPS, khususnya media visual, yaitu :
a.    Fungsi Atensi 
b.    Fungsi Afektif
c.    Fungsi Kognitif
d.    Fungsi Kompensatori

1.    Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatiansiswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yangditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead  projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akanmereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaransemakin besar.
2.    Fungsi afektif
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dansikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras
3.    Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan ± temuan penelitian yangmengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4.    Fungsi kompensatoris
media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa mediavisual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalammembaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Ciri - Ciri Media Pembelajaran :
  1. Ciri Fiksatif  (Fixative Property)
  2. Ciri Manipulatif (Manipulatif Property)
  3. Ciri Distributif (Distributif Property)

Teori Pembelajaran IPS
Guru sebagai pengembang media pembelajaran IPS harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual, Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori belajar behaviorisme; (B) teori belajar kognitivisme; (C) teori belajar konstruktivisme; (D) teori belajar humanisme dan (E) teori belajar gestalt
1. Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
  • Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
  • Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
  • Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  • Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  • Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  • Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
  • Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
d. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Kajian konsep dasar belajar dalam Teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta didik di SD/MI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Semakin tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif pula kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam belajar tersebut kondisi lingkungan berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus direspon individu dengan sejumlah konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang dihadapi peserta didik, ada yang bersifat positif (misalnya perasaan puas, gembira, pujian, dan lain-lain sejenisnya) tetapi ada pula yang bersifat negatif (misalnya perasaan gagal, sedih, teguran, dan lain-lain sejenisnya). Konsekuensi positif dan negatif tersebut berfungsi sebagai penguat (reinforce) dalam kegiatan belajar peserta didik.
Seringkali guru mengaplikasikan konsep belajar menurut teori behaviorisme secara tidak tepat, karena setiap kali peserta didik merespon secara tidak tepat atau tidak benar suatu tugas, guru memarahi atau menghukum peserta didik tersebut. Tindakan guru seperti ini (memarahi atau menghukum setiap kali peserta didik merespon secara tidak tepat) dapat disebut salah atau tidak profesional apabila hukuman (negative consequence) tidak difungsikan sebagai penguat atau reinforce.
Peserta didik seringkali melakukan perilaku tertentu karena meniru apa yang dilihatnya dilakukan orang lain di sekitarnya seperti saudara kandungnya, orangtuanya, teman sekolahnya, bahkan oleh gurunya. Oleh sebab itu dapat dikatakan, apabila lingkungan sosial di mana peserta didik berada sehari-hari merupakan lingkungan yang mengkondisikan secara efektif memungkinkan suasana belajar, maka peserta didik akan melakukan kegiatan atau perilaku belajar yang efektif.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Para ahli teori belajar ini berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefrancois, 1985). Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif, yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjangnya (long-term memory). Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu aktif mencari dan menyeleksi informasi untuk diproses. Perkatian utama psikologi kognitif adalah upaya memahami proses individu mencari, menyeleksi, mengorganisasikan, dan menyimpan informasi. Belajar kognitif berlangsung berdasar schemata atau struktur mental individu yang mengorganisasikan hasil pengamatannya.
Struktur mental individu tersebut berkembangan sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, baik lingkungan phisik maupun lingkungan sosial. Itulah sebabnya, teori belajar kognitivisme dapat disebut sebagai (1) teori perkembangan kognitif, (2) teori kognisi sosial, dan (3) teori pemrosesan informasi.
a. Perkembangan Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1) sensory motor;
(2) pre operational;
(3) concrete operational dan
(4) formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”

Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasi yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi terbaru. Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif berisi sejumlah coding yang mengadung segi-segi intelek yang mengatur atau memerintah perilaku individu; perubahan perilaku mendasari penetapan tahap-tahap perkembangan kognitif. Tiap tahapan perkembangan menggambarkan isi struktur kognitif yang khas sesuai perbedaan antar tahapan.

Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget :
1. Sensorimotor inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
2.  Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati
3.    Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas
4.    Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berpikir abstrak dalam/melalui bahasa
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran IPS adalah :
1)    Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2)    Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3)    Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4)    Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5)    Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
b. Kognisi Sosial oleh L.S. Vygotsky
L.S. Vygotsky, mendasari pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam belajar seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu berkembang dalam konteks budaya, sehingga proses belajar individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya keluarga. Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan bagaimana berpikir. Konsep dasar teori ini diringkas sebagai berikut:
  1. Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui 2 cara, yaitu melalui (i) budaya dan (ii) lingkungan budaya. Melalui budaya banyak isi pikiran (pengetahuan) individu diperoleh seseorang, dan melalui lingkungan budaya sarana adaptasi intelektual bagi individu berupa proses dan sarana berpikir bagi individu dapat tersedia.
  2. Perkembangan kognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses percakapan) dengan cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan masalah bersama orang lain, terutama orangtua, guru, saudara sekandung dan teman sebaya.
  3. Awalnya orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung jawab membimbing pemecahan masalah; lambat-laun tanggung jawab itu diambil alih sendiri oleh individu yang bersangkutan.
  4. Bahasa adalah sarana primer interaksi orang dewasa untuk menyalurkan sebagian besar perbendaharaan pengetahuan yang hidup dalam budayanya.
  5. Seraya bertumbuh kembang, bahasa individu sendiri adalah sarana primer adaptasi intelektual; ia berbahasa batiniah (internal language) untuk mengendalikan perilaku.
  6. Internalisasi merujuk pada proses belajar. Menginternalisasikan pengetahuan dan alat berpikir adalah hal yang pertama kali hadir ke kehidupan individu melalui bahasa.
  7. Terjadi zone of proximal development atau kesenjangan antara yang sanggup dilakukan individu sendiri dengan yang dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa.
  8. Karena apa yang dipelajari individu berasal dari budaya dan banyak di antara pemecahan masalahanya ditopang orang dewasa, maka pendidikan hendaknya tidak berpusat pada individu dalam isolasi dari budayanya.
  9. Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orangtua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.
c. Pemprosesan Informasi dari Robert Gagne
        Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Model belajar pemrosesan informasi ini (kognitif information processing), karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1)    Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2)    Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3)    Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
3. Teori Belajar Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPS
     Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.
Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Berikt tabel peranan peserta didik dan guru dalam pembelajaran konstruktivisme
Tasker (1992:30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991:12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996:20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik, (5) mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Diharapkan melalui pembelajaran konstruktivisme, peserta didik dapat tumbuh kembang menjadi individu yang penuh kepercayaan diri yang memiliki sifat-sifat antara lain:
  1. Bersikap terbuka dalam menerima semua pengalaman dan mengembangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan yang baru dan selalu diperbaharui;
  2. Percaya diri sehingga dapat berperilaku secara tepat dalam menghadapi segala sesuatu;
  3. Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan atau tergantung pada bantuan orang lain;
  4. Kreatif dalam mencari pemecahan masalah atau dalam melakukan tugas yang dihadapinya.
Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif. Ibu, yang dicontohkan di atas hanya melihat kegiatan belajar anaknya dari sisi afektif semata tanpa menyadari bahwa sisi afektif (perasaan) dan konatif (psikomotorik) turut pula berperan dalam belajar.
Salah seorang tokoh teori belajar humanisme adalah Carl Ransom Rogers (1902- 1987) yang lahir di Oak Park, Illinois, Chicago, Amerika Serikat. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis. Ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya yang banyak dipengaruhi oleh teori kebutuhan (needs) yang diperkenalkan Abraham H. Maslow.
Menurut teori kebutuhan Maslow, di dalam diri tiap individu terdapat sejumlah kebutuhan yang tersusun secara berjenjang, mulai dari kebutuhan yang paling rendah tetapi mendasar (physiological needs) sampai pada jenjang paling tinggi (self actualization). Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengaktualisasi diri, yang oleh Carl R. Rogers disebut dorongan untuk menjadi dirinya sendiri (to becoming a person). Peserta didik pun memiliki dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya terdapat kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri masalah yang dihadapinya. Itulah sebabnya, dalam proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
Aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Proses aktualisasi diri seseorang berkembang sejalan dengan perkembangan hidupnya karena setiap individu, dilahirkan disertai potensi tumbuh-kembang baik secara fisik maupun secara phisik masing-masing. Proses tumbuh-kembang pada setiap individu mengikuti tahapan, arah, irama, dan tempo sendiri-sendiri, yang ditandai oleh berbagai ciri atau karakteristiknya masing-masing. Ada individu yang tempo perkembangannya cepat tetapi iramanya tidak stabil dan arahnya tidak menentu, dan ada pula individu yang tempo perkembangannya tidak cepat tetapi irama dan arahnya jelas.
Dalam kaitannya dengan proses pendidikan formal (sekolah), Slavin (1994:70- 110) mengelompokkan Tahapan perkembangan anak, yaitu (1) tahapan early childhood, (2) tahapan middle childhood, dan (3) tahapan adolescence, dengan dimensi utama perkembangan mencakup (a) dimensi kognitif, (b) dimensi fisik, dan (c) dimensi sosioemosi. Tiap dimensi perkembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara tahapan perkembangan yang satu dengan tahapan perkembangan yang lainnya.
Pada tahapan early childhood, perkembangan individu dalam dimensi perkembangan kognitif lebih ditandai oleh penguasaan bahasa (language aquisition). Individu pada tahapan perkembangan ini mendapatkan banyak sekali perbendaharaan bahasa. Sejak lahir sampai pada usia 2 tahun biasanya individu (bayi) mencoba memahami dunia sekitarnya melalui penggunaan rasa (senses). Pengetahuan atau apa yang diketahuinya lebih banyak didasarkan pada gerakan fisik, dan apa yang dipahaminya terbatas pada kejadian yang baru saja dialaminya.
Pada tahapan perkembangan middle childhoods, perkembangan kognitif seseorang mulai bergeser ke perkembangan proses berpikir. Pada awalnya, proses berpikir individu pada tahapan perkembangan ini dimulai dengan hal-hal konkrit operasional, dan selanjutnya ke hal-hal abstrak konseptual. Apabila individu gagal dalam perkembangan proses berpikir dalam hal-hal konkrit operasional, maka besar kemungkinan mengalami kesulitan dalam proses berpikir abstrak konseptual.
Pada tahapan perkembangan adollescence, perkembangan kognitif lebih ditandai oleh perkembangan fungsi otak (brain) sebagai instrumen berpikir. Berpikir formal operasional atau berpikir abstrak konseptual mulai berkembang; di samping itu mulai berkembang pola pikir reasoning (penalaran) baik secara induktif (khusus=>umum) maupun secara deduktif (umum=>khusus). Dalam menghadapi segala kejadian atau pengalaman tertentu, individu mengajukan hipotesis atau jawaban sementara yang menggunakan pola pikir deduktif.
Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
  1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
  2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
  3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
  4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
  5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
  6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran IPS antara lain :
  1. Pengalaman tilikan (experienced insight);
bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
  1. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
  1. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);
bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
  1. Prinsip ruang hidup (life space);
bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
  1. Transfer Pengetahuan dalam Belajar (transfer Knowledge);
yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.

Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.


DAFTAR PUSTAKA

Bulach, Cletus R., 2002. “Implementing a Character Education CurricuAssessing Its Impact on Student Behavior”, ProQuest Education Journal, Dec.2002.

Darmiyati Zuchdi, 2008. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali    Pendidikan Yang Manusiawi, Jakarta: Bumi Aksara

Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo.

Hamengku Buwono X, (2006), “Paradigma Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Pendekatan Teoritik dan Empirik”, Makalah, sebagai Keynote Speech dalam Seminar Internasional HISPISI-FISE UNY, Yogyakarta, 11 Agustus 2006.

NCSS.,  (1994). Curriculum Standars for the Social Studies. Washington D.C.: National Council for the Social Studies.

Numan Somantri, M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung:   Rosda Karya.

S. Hamid Hassan (2010), “Pendidikan IPS (Definisi,Tujuan, SKL, Konten, Proses dan Asesmen)” Panduan,  Yogyakarta: HISPISI.

Wayan Lasmawan, 2009. ”Merekonstruksi Ke-IPS-an Berdasarkan Paradigma Teknohumanistik”, Makalah, disajikan pada Seminar tentang Pendidikan IPS oleh FIS Undiksa, 30 0ktober, 2009.

Waterworth, Peter dan Nana Supriatna. 1997. Tantangan dalam Kurikulum IPS. Mimbar Pendidikan, No. 2, XVI, 31-37.

Zamroni, (2010), ”Peran Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan Karakter Bangsa”, Makalah, disampaikan pada Seminar Internasional oleh HISPISI dan UNM di UNM Makasar, 13-14 Juli 2010.


 

Tidak ada komentar: